Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan siap mengajukan rencana pendudukan penuh Jalur Gaza kepada kabinet, meskipun mendapat tentangan dari militer. Langkah ini menandai perubahan besar dalam pendekatan Israel terhadap konflik dengan Hamas.
Mengutip laporan The Times of Israel dan Ynet pada Selasa (5/8/2025), Netanyahu telah menyampaikan visinya kepada sejumlah menteri senior terkait niatnya untuk mengambil alih kendali penuh atas wilayah Gaza.
Dalam pembicaraan pribadi, Netanyahu disebut menggunakan istilah "pendudukan Jalur Gaza," yang mencerminkan eskalasi operasi militer Israel di wilayah tersebut.
"Keputusan sudah di tangan, kami akan menduduki Jalur Gaza sepenuhnya... Akan ada operasi bahkan di wilayah-wilayah tempat para sandera ditahan. Jika Kepala Staf IDF tidak setuju, beliau harus mengundurkan diri," kata seorang pejabat senior yang dekat dengan Netanyahu, dikutip Ynet.
Saat ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah menguasai sekitar 75% wilayah Gaza. Namun, di bawah rencana baru ini, militer akan diperintahkan untuk menguasai seluruh wilayah, menjadikan Gaza sepenuhnya berada di bawah kontrol Israel.
Langkah ini bukan tanpa resistensi. IDF disebut menolak gagasan pendudukan penuh karena dinilai tidak realistis. Militer menilai perlu waktu bertahun-tahun untuk membongkar seluruh infrastruktur Hamas, dan khawatir bahwa operasi lanjutan dapat membahayakan keselamatan para sandera yang masih ditahan.
"Pendekatan ini justru dapat memperbesar risiko terhadap sandera. Jika pasukan terlalu dekat, Hamas bisa mengeksekusi mereka," tulis The Times of Israel, mengutip sumber internal IDF.
Israel sebelumnya menduduki Gaza selama 38 tahun, dari 1967 hingga 2005. Setelah mundurnya IDF dan pemukim Israel, wilayah tersebut diserahkan kepada Otoritas Palestina. Namun pada 2006, Hamas memenangkan pemilu lokal dan mengambil alih kekuasaan di Gaza, yang hingga kini belum menggelar pemilu ulang.
Konflik terbaru antara Israel dan Hamas meletus pada Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang.
Israel merespons dengan serangan besar-besaran ke Gaza. Otoritas kesehatan Palestina menyebutkan bahwa lebih dari 60.000 orang telah tewas akibat agresi tersebut. Sekitar 50 sandera masih belum dipulangkan, dengan kurang dari setengahnya diyakini masih hidup.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Skandal 'Qatargate' Guncang Israel, Ada Duit Qatar ke Orang Netanyahu