
SEBUAH penelitian terbaru menunjukkan bahwa leluhur laba-laba dan arachnida lainnya mungkin dahulu hidup di lautan, bukan di darat seperti yang diperkirakan selama ini.
Fosil itu menunjukkan bahwa ciri-ciri tertentu di otak hewan yang sekarang punah yang disebut Mollisonia symmetrica tersusun secara terbalik dibandingkan dengan otak sebagian besar artropoda modern, kelompok besar invertebrata yang meliputi hewan seperti serangga, krustasea, dan miliiped.
Akan tetapi, otak M. symmetrica serupa dengan otak dari salah satu kelompok artropoda: arachnida, kelas yang mencakup laba-laba, kalajengking, dan caplak.
Perbedaan ini mengindikasikan bahwa M. symmetrica yang berkembang biak di laut adalah nenek moyang awal dari arakhnida modern, menurut laporan para peneliti, Selasa (22 Juni) di jurnal Current Biology.
"Tempat dan waktu kemunculan arachnida masih menjadi perdebatan sengit, serta jenis chelicerata yang merupakan nenek moyang mereka, dan apakah mereka hidup di laut atau semi-akuatik seperti kepiting tapal kaki," ungkap rekan penulis studi Nicholas Strausfeld, seorang profesor spesialis ilmu saraf artropoda di Universitas Arizona, dalam sebuah pernyataan.
Chelicerata adalah kelompok utama arthropoda yang meliputi arachnida dan kepiting tapal kuda.
Chelicerata seperti M. symmetrica terpisah dari kelompok artropoda lain pada pertengahan periode Kambrium. Genus Mollisonia, yang diketahui memiliki empat spesies, hidup sekitar 515 juta hingga 480 juta tahun yang lalu. Spesies
M. symmetrica memiliki tubuh yang segmental seperti kalajengking, karapas bulat, serta enam pasang anggota badan untuk bergerak dan berburu.
Walaupun para peneliti belum mengetahui kapan tepatnya arakhnida mulai terpisah dari chelicerata lainnya, arakhnida telah eksis selama sekitar 400 juta tahun. Hingga saat ini, bukti fosil mereka menunjukkan bahwa mereka hanya eksis di darat.
Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan mengeksplorasi fosil otak dan sistem saraf pusat dari spesimen M. symmetrica yang berasal dari formasi Burgess Shale di Pegunungan Rocky Kanada. Mereka mengamati bahwa otak hewan ini tidak tersusun sama seperti otak kepiting tapal kuda dari genus Limulus.
Sebaliknya, beberapa bagian otaknya tampak teratur dengan cara yang berbeda dibandingkan artropoda lainnya, mirip dengan struktur otak laba-laba modern. Ini menunjukkan bahwa arachnida berevolusi dan berdiferensiasi dari kepiting tapal kuda lebih awal daripada yang diperkirakan oleh ilmuwan.
"Seolah-olah otak tipe Limulus yang terlihat pada fosil Kambrium, atau otak krustasea dan serangga leluhur dan masa kini, telah terbalik, seperti yang kita lihat pada laba-laba modern," kata Strausfeld.
Kecakapan siluman dan kecepatan laba-laba sebagai pemburu di darat mungkin berperan dalam evolusi sayap serangga, yang memungkinkan mangsanya untuk melarikan diri, tambah Strausfeld.
"Memiliki kemampuan terbang memberikan Anda keuntungan besar saat dikejar oleh laba-laba," jelas Strausfeld.
"Namun, meskipun mereka memiliki kemampuan terbang, jutaan serangga masih terjerat dalam jaring sutra indah yang dibuat oleh laba-laba."
Untuk menentukan apakah persamaan antara otak M. symmetrica dan otak laba-laba modern berasal dari nenek moyang yang sama atau hanya kebetulan, para peneliti memanfaatkan program komputer untuk menghitung kemungkinan kekerabatan di antara keduanya.
Mereka membandingkan fitur-fitur otak dan tubuh berbagai artropoda yang masih ada dan yang telah punah untuk melakukannya.
Analisis mengindikasikan bahwa garis keturunan Mollisonia akhirnya bertransformasi menjadi kelompok arakhnida, yang menunjukkan bahwa kelompok ini mungkin telah melahirkan "predator artropoda paling berhasil di dunia," tulis para peneliti dalam penelitian itu.
Sumber: Live Science