
Harum pandan berpadu aroma kelapa menyeruak ketika Ulfa Afy membuka dandang kukusan. Kreator makanan itu tengah membuat kue mutu. Panganan kecil asal nagari Saniangbaka, Kabupaten Solok, biasanya jadi teman minum kopi di pagi hari. Terbuat dari tepung beras, tepung ketan, gula aren, dan kelapa.
“Kue mutu merupakan kudapan khas Saniangbaka, sangat favorit bahkan di salah satu tempat dinamakan Simpang Mutu karena banyak penjaja kue mutu di sana,” kata Ulfa Afy, akhir pekan kemarin.
Kue tersebut dimasak Ulfa saat Lokakarya memasak pangan lokal dalam Festival Nagari untuk Bumi Minangkabau. Biasanya memasak di depan kamera, kali ini ia memasak langsung di depan pengunjung pameran yang ingin tahu lebih banyak bagaimana mengolah pangan lokal. Tidak hanya menjelaskan resep dan cara memasak, ia juga menguntai cerita tentang bagaimana makanan yang kita konsumsi berasal.
“Makanan lokal yang kita cicip sangat terkait dengan hutan. Tidak akan ada beras jika hutan tidak terjaga dengan baik,” katanya.
Tepung beras yang digunakan berasal dari beras asli dari Nagari Simancuang, Kabupaten Solok Selatan. Beras organik yang diolah oleh Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Simancuang ini sudah mendapatkan sertifikasi. Kualitasnya terjaga karena lingkungan di sekitarnya baik, berkat dari hutan yang lestari. Beras Simancuang, dan aneka produk masyarakat di sekitar hutan dipamerkan dalam Expo Usaha Rakyat Festival Anak Nagari untuk Bumi Minangkabau. Diantaranya, ada kopi bubuk, madu galo-galo, teh daun gambir, teh gaharu, minyak kemiri indudur, beras organik, gula semut, dan rakik maco.
Festival ini bertujuan untuk memamerkan dan mengenal produk-produk dari masyarakat di sekitar hutan. Turut hadir pula masyarakat pengelola KUPS dari beberapa nagari di Sumbar, diantaranya Nagari Pondok Parian Lunang, Simancuang, Simpang Kapuak, Nagari Indudur, Nagari Padang Laweh, dan Nagari Simarasok. Festival yang digelar di Pelataran Dinas Kehutanan Sumbar bertujuan mempertemukan masyarakat sekitar hutan dengan masyarakat perkotaan. Meski tinggal berjauhan dari hutan semua orang dapat terlibat dapat penjagaan hutan. Salah satunya dengan membeli produk masyarakat di sekitar hutan yang ditampilkan dalam Expo Usaha Rakyat.
“Ikuti berbagai agenda yang ada, rasakan, beli produk masyarakat yang berada di sekitar hutan. Harga manenggang. Kita prioritaskan konsumsi kita pada pangan dan produk lokal. Ini menjadi kebanggaan bagi kita,” kata Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Ferdinal Asmin.
Selain dapat dinikmati lewat panganan, hutan yang terjaga kita rasakan dengan tersedianya udara bersih, wisata yang mempesona, dan kekayaan budaya. Karena itu, Festival ini mengangkat tema Pangan Lokal, Hutan, dan Kebanggaan Kita.
“Kegiatan ini adalah bentuk kita mensyukuri kekayaan alam Sumatera Barat dan hutannya yang memberikan sumber pangan lokal yang melimpah dan khas, juga menjadi inspirasi dari semua karya yang lahir dari negeri ini baik itu bentuk kesenian hingga ragam kuliner,” kata Rainal Daus Wakil Direktur KKI WARSI.
Tidak hanya menjaga hutan lewat pengembangan produk ekonomi alternatif, 269 nagari di Sumbar berkontribusi untuk penjaga iklim melalui skema perhutanan sosial di Sumatera Barat. Melakukan mitigasi perubahan iklim dengan langkah-langkah konkret seperti menjaga kawasan hutan dari pembalakan liar dan perambahan lahan. Upaya masyarakat ini ditampilkan dalam bentuk media video, buku, buletin, dan pameran foto. Melalui media ini peserta bisa menonton aksi komunitas dalam melindungi hutan bagaimana komunitas memanfaatkan jasa lingkungan hutan seperti karbon, air, dan pohon asuh. Tersedia juga papan edukasi untuk peserta bisa membaca bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk penyelamatan hutan serta lingkungan bisa dilakukan juga secara bersama.
Tidak hanya menghadirkan produk, festival ini juga diisi dengan kegiatan yang edukatif, yaitu lokakarya seduh kopi lokal, cara menyeduh kopi supaya mendapatkan rasa yang maksimal. Sehingga cita rasa khas kopi dari kebun yang agroforestri dapat keluar secara maksimal.
Selain itu, ada booth edukasi, peserta bisa mengikuti berbagai permainan anak nagari dalam rangka hari kemerdekaan dan mengenalkan kembali berbagai jenis permainan tradisional minangkabau dan mendapatkan kesempatan mengikuti kuis untuk mendapatkan berbagai hadiah menarik. Selain itu juga dimeriahkan oleh kesenian musik dan tari dari Unit Kegiatan Kesenian Universitas Negeri Padang dan teater dari Komunitas Tanah Ombak, yang berhubungan dengan pesan penyelamatan lingkungan. (H-1)