
TIM kesehatan di Provinsi Guangdong, selatan Tiongkok, sedang aktif berupaya memberantas nyamuk setelah wabah virus chikungunya menyebabkan ribuan orang mengalami sakit dengan gejala demam, ruam, dan nyeri sendi dalam periode sebulan terakhir.
Petugas masyarakat melakukan penyisiran dari rumah ke rumah untuk mencari genangan air, yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Yanzhong Huang, seorang peneliti senior dalam kesehatan global di Council on Foreign Relations, menyatakan bahwa individu yang dinyatakan positif virus harus dirawat di rumah sakit untuk menjalani isolasi.
"Ini mengingatkan kita pada pendekatan saat covid-19," ujarnya, ketika pergerakan publik sangat diatur untuk memperlambat penyebaran SARS-CoV-2.
Menurut Huang, beberapa langkah yang diambil saat ini mungkin terlalu berlebihan. Chikungunya jarang berakibat fatal dan virus yang dibawa oleh nyamuk ini tidak menyebar melalui udara. Meskipun begitu, nyamuk dapat menularkannya dengan mudah dari individu yang terinfeksi.
Sejauh ini, lebih dari 8. 000 kasus terkonfirmasi terjadi di Guangdong, menjadikannya sebagai wabah chikungunya terbesar yang pernah tercatat di Tiongkok.
Berikut adalah beberapa informasi penting mengenai chikungunya.
Apa itu chikungunya dan bagaimana cara menyebarnya?
Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. Virus ini menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang terinfeksi. Seseorang dapat mengalami gejala dalam waktu 3 hingga 7 hari setelah digigit nyamuk tersebut.
Virus ini dapat menimbulkan demam, ruam, dan kelelahan, namun gejala paling mencolok adalah nyeri sendi.
"Rasa sakitnya bisa sangat parah, sehingga orang tidak bisa bangun dari tempat tidur," ucap Laurie Silva, seorang virolog di University of Pittsburgh.
Nama virus ini berasal dari bahasa Kimakonde yang digunakan di Tanzania, tempat penemuan virus ini pada tahun 1952, yang berarti "melengkung ke atas," mengacu pada postur bungkuk orang-orang yang mengalami sakit.
Gejala biasanya mereda dalam waktu sekitar satu minggu, namun beberapa pasien dapat mengalami efek jangka panjang, kata Silva.
"Mereka mungkin mengalami nyeri sendi yang berkepanjangan, yang bisa bertahan berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun," ujarnya. "Ini adalah salah satu kekhawatiran utama terkait virus ini. "
Apakah ada pengobatan atau vaksin?
Tidak ada obat antivirus khusus untuk chikungunya. "Perawatannya hanya berupa istirahat, menjaga tubuh terhidrasi, dan penggunaan obat pereda nyeri," jelas Silva.
Saat ini terdapat dua vaksin yang telah mendapat izin, tetapi penggunaannya masih terbatas dan tidak tersedia secara luas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Di Amerika Serikat, vaksin tersebut hanya disarankan untuk para pelancong atau teknisi laboratorium yang berisiko terpapar virus.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS telah mengeluarkan peringatan kepada para pelancong yang menuju Guangdong, mendorong mereka untuk melakukan langkah-langkah pencegahan seperti menggunakan pengusir nyamuk dan mendapatkan vaksinasi.
Seberapa umum wabah chikungunya?
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada 1952 di Tanzania dan mulai muncul di berbagai negara di Afrika dan Asia dalam beberapa dekade berikutnya.
Sejak 2004, wabah-wabah global lebih banyak terjadi, dan virus ini telah terdeteksi di lebih dari 110 negara. Kasus dan wabah cenderung sering muncul di daerah tropis dan subtropis yang menjadi habitat berkembang biaknya nyamuk sepanjang tahun.
Perubahan iklim dan peningkatan mobilitas global turut berkontribusi pada penyebaran chikungunya yang lebih luas, menurut Silva.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat terjadi beberapa kasus setiap tahunnya, kebanyakan berasal dari pelancong yang kembali. Sejak tahun 2019, belum ada kasus chikungunya yang dilaporkan berasal dari penularan lokal di AS.
Sejak awal tahun ini, terdapat sekitar 240. 000 infeksi chikungunya dan 90 kematian terkait virus tersebut, terutama di kawasan Amerika Selatan. Jika dibandingkan dengan epidemi lainnya, kejadian di Tiongkok bisa dibilang relatif kecil. La Reunion, sebuah pulau yang terletak di Samudra Hindia, melaporkan hampir 50. 000 kasus hingga saat ini.
Namun, penyakit chikungunya bisa dengan cepat menyebar di kawasan urban yang padat, tempat nyamuk bisa berkembang biak. Inilah yang membuat Tiongkok melakukan langkah-langkah drastis untuk mengurangi jumlah nyamuk di Foshan.
Huang menyatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus yang terkonfirmasi tampaknya menurun.
"Ini sepertinya menunjukkan bahwa penyebaran penyakit ini mulai mereda di Foshan," ujarnya.
Namun, dengan cuaca yang panas dan lembap di area tersebut serta adanya perjalanan, ia menambahkan, "Kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa penyakit ini akan menyebar ke daerah di luar Guangdong." (npr.org/Z-1)