Jakarta (ANTARA) - Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menyampaikan kebijakan moneter yang kondusif mendukung kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level tertingginya atau All Time High (ATH) ke level 8.022,75 pada perdagangan hari ini.
“Kebijakan moneter yang sudah cukup sangat kondusif memang menyebabkan di beberapa aset keuangan itu investor memiliki banyak pilihan ya, apakah masuk ke instrumen fixed income, instrumen saham, instrumen money market (pasar keuangan) lainnya, juga ada SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia),” jelasnya di Jakarta, Kamis.
Khusus pada instrumen saham, ia menuturkan tren penguatan IHSG terutama dipengaruhi oleh penurunan imbal hasil (yield) sejumlah instrumen keuangan, termasuk obligasi pemerintah tenor 10 tahun yang saat ini berada di kisaran 6,3 persen serta Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) di sekitar 5 persen.
Ia mengatakan kondisi tersebut menyebabkan instrumen saham menjadi lebih menarik dengan imbal hasil berupa dividend yield mencapai hampir 6 persen.
Meskipun demikian, Joezer menekankan keberlanjutan tren positif IHSG masih dipengaruhi sejumlah variabel, termasuk arah kebijakan fiskal dan perkembangan instrumen likuiditas, seperti SRBI.
Ia menyatakan jika kondisi ekspansif dapat dipertahankan, ruang pertumbuhan pasar saham masih terbuka.
Ia menyampaikan penguatan IHSG tidak hanya didorong oleh saham-saham unggulan dalam IDX30, yakni indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar, tapi juga meluas ke emiten lain.
Mengingat IHSG kini sudah menembus level 8.000, Joezer mengatakan pihaknya akan merevisi proyeksi target IHSG tahun ini yang sebelumnya diprediksi hanya mencapai level level 7.650.
Selain karena kinerja IHSG yang telah melampaui ekspektasi, ia menyatakan perbandingan antara risiko kerugian dengan potensi keuntungan pada suatu transaksi investasi (risk-to-rate) berada jauh di bawah asumsi sebelumnya.
Ia pun mendorong semua pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan potensi keuntungan dan kenaikan nilai (upside) IHSG tersebut melalui pengimplementasian kebijakan yang dapat memitigasi risiko pertumbuhan (risk growth) di masa mendatang.
“Jadi upside ada, tapi ya balik lagi ya, ini tergantung dari sisi seberapa cepat ya tadi kebijakan-kebijakan kondusif itu akan bisa translate (menafsirkan) terhadap risk growth yang akan terakselerasi ke depannya,” ujar Adrian Joezer.
Baca juga: IHSG ditutup menguatdi tengah "wait and see" data inflasi AS
Baca juga: Analis: Optimisme "cut rate" The Fed topang IHSG ke 8.022
Baca juga: Ekonom sarankan penguatan pasar modal untuk efisiensi sektor keuangan
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.