
Pagar dari kayu masih berdiri tegak, namun beberapa sudah tak lagi terisi. Tanah becek yang mulai mengering di sana dijejaki hewan-hewan yang tak dipilih oleh pengkurban.
Lokasi itu adalah tempat Sudaryo (45) berdagang hewan kurban. Senin (9/6) sore, ia tengah membenahi sisa-sisa dagangannya di kandang sementara itu.
Hewan-hewan kurban yang dijualnya berasal dari tempat yang tersebar jauh, mulai dari Jawa Tengah, Lampung, hingga Bima (Nusa Tenggara Barat).
“Daerah Jawa Tengah ada. Lampung ada. Ada yang dari Bima juga ada,” ucap Sudaryo saat ditemui di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Proses pemulangan hewan kurban sudah mulai dicicil sejak kemarin, Minggu (8/6). Sudaryo menargetkan proses pemulangan berakhir besok.
“Iya, dibalikin ke kandang,” ujar Sudaryo.
“Kemarin sudah ada yang dipulangin. Enggak lama sih, paling besok selesai. Sebelah sana juga ada, tapi udah kosong,” lanjutnya.
Sudaryo bukan orang baru dalam urusan menjaga dan menjual hewan kurban. Ia sudah lebih dari sepuluh tahun bergelut di dunia ternak. Namun, dua tahun terakhir ini barulah ia benar-benar terjun sebagai pedagang hewan kurban.
“Kalau ngejaga udah lama, 10 tahunan lebih. Kalau dagang gini baru 2 tahun,” jelas Sudaryo.
Namun, tahun ini kenyataan tak seindah harapan. Sudaryo menyebutkan penjualannya tahun ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Menurun, jauh. Artinya, kalau tahun lalu itu kita jualannya sampai habis. Kalau tahun ini kita masih sisa banyak,” keluh Sudaryo.
Sudaryo menjual hewan kurban jenis sapi dan kambing. Keduanya sama-sama laku seimbang, tetapi masih tersisa banyak.
“Seimbang sih sapi dan kambing. Tapi ya sama, sapi sisa banyak, kambing juga sisa banyak. Beberapa kan udah dipulangin. Ini yang masih ada ya yang nyisa. Kemarin 15 ekor udah dipulangin,” ucapnya.

Menurutnya, tahun ini, pola permintaan hewan kurban memang berubah. Jika dulu kekurangan stok menjadi masalah, tahun ini justru berlebih.
“Tahun-tahun lalu tuh malahan kurang. Stok tuh kurang. Sekarang malah nyisa banyak. Memang kenyataannya penjualannya menurun,” lanjutnya.
Menariknya, jaringan distribusi yang dijalani Sudaryo justru unik. Ia tidak mencari pemilik kandang untuk supply hewan kurban, melainkan hanya menunggu siapa yang duluan datang.
“Ya bukan jaringan sih. Biasanya malah tiap tahun mereka yang ke saya. Jadi, memang tiap tahun tuh juga kandangnya berubah-ubah. Nggak selalu sama. Malah mereka yang nyari. Jadi saya mah tinggal nunggu siapa yang dapat duluan aja,” jelasnya.