
Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebut, persoalan dokter spesialis kurang sudah terjadi sejak bertahun-tahun. Ia pun bercerita, pengalaman tak mengenakkan pun pernah dialami almarhumah ibunya, Widowati Rusmiputra.
Sang ibunda mengidap kanker paru, lalu stroke 15 tahun, sebelum meninggal. Saat itu di Bogor, alat-alat di RS belum banyak yang memadai dan kekurangan dokter spesialis.
Hal itu disampaikan Budi dalam acara 'Program Akselerasi Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tenaga Medis untuk Percepatan Perwujudan Asta Cita: Strategi Kemitraan Sistem Kesehatan Akademik', Selasa (22/7).
"Ibu saya kena stroke. Terlambat tertangani, dia cacat 15 tahun. Karena tidak ada CT Scan di Kota Bogor. Jadi it become a personal matter to me. Kalau dia bisa tertangani, dia nggak akan cacat," kata Budi.
Budi pun menyebut itu masalah yang harus diselesaikan. Katanya, seluruh kabupaten/kota harus memiliki alat-alat kesehatan penting terkait 3 penyakit kronis, kanker, jantung, hingga stroke.
"Jadi saya begitu melihat kayak gini, Pak kita harus pasang ini di seluruh kabupaten. Biasa sempat dibilang, oh ini proyek mercusuar, nggak mungkin," kata dia.
" Tapi it's not about mercusuarnya, it's about saving lives," sambungnya.

Saat Budi menjabat Menkes sejak 2020, itu menjadi target utamanya. Saat ini alat-alat tersebut sudah tersedia di 112 kota.
"Alhamdulillah, sekarang kondisinya gimana? Dari 43 kota, kondisi terakhir (sebelum menjabat) sekarang sudah 112 kota. Jadi kita dalam satu setengah tahun, sejak Agustus 2020 sampai sekarang, kita sudah masang 112 kota. Bisa melakukan operasi PCI, atau cardiac resuscitation," ujar Budi.
"Sebenarnya dengan kata ini kita bisa lakukan banyak hal lain. Kita bisa lakukan promektomi untuk stroke, kita bisa lakukan juga aritmia, beberapa intervensi, kita bisa lakukan angiografi, bisa banyak. Tapi yang saya masukkan disini contoh untuknya yang jatuh. Sehingga 112 kabupaten kota, we can save lives," tutup Menkes.