Cabai unik ini dikembangkan oleh Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Prof. Muhammad Syukur, dengan bersama tim peneliti. Menurutnya, tingkat kepedasan Cabai Palurah IPB mencapai 500 kali lebih pedas dari cabai besar biasa dan bahkan lima kali lebih pedas dari cabai rawit terpedas yang ada saat ini.
Selain itu, cabai ini juga punya bentuk yang unik, berbeda dengan tampilan cabai pada umumnya, Cabai Palurah IPB menyerupai jambu air.
Hingga kini, Kementerian Pertanian belum menetapkan varietas cabai super pedas secara nasional. Varietas yang sudah terdaftar baru cabai lokal seperti Katokkon dari Sulawesi Selatan.
"Cabai Palurah ini merupakan hasil perakitan khusus untuk memenuhi kebutuhan super pedas dan telah kami daftarkan untuk dilepas secara nasional,” kata Syukur dikutip dari laman IPB University, Kamis (21/8).
Tak hanya untuk bumbu dapur, cabai ini juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan di bidang kesehatan dan industri biofarmaka. Cabai Palurah IPB juga berpotensi digunakan untuk produk seperti koyo cabai yang selama ini masih banyak diimpor.
“Di Toraja, Sulawesi Selatan, cabai seperti ini sudah digunakan untuk konsumsi segar dan olahan. Namun, dengan adanya cabai Palurah yang dirakit khusus, harapannya bisa memenuhi kebutuhan nasional baik untuk konsumsi maupun bahan biofarmaka,” tambahnya.
Syukur bilang, karena punya rasa pedas yang sangat kuat, penggunaannya dalam masakan juga menjadi jauh lebih efisien. "Cukup sedikit saja, sudah memberikan sensasi pedas maksimal,” katanya.