
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dave Laksono mengatakan komisinya akan memanggil Kementerian Luar Negeri (Kemlu) terkait kematian diplomat Arya Daru. Ini terkait dengan kondisi mental dan fisik Arya Daru yang disebut polisi dan ahli mengalami burnout.
"Beban tugas diplomat kerap diiringi tekanan tinggi, baik dari sisi beban kerja, dinamika politik internasional, maupun tuntutan administratif. Jika benar burnout berkontribusi pada kondisi fatal, maka ini menandakan bahwa sistem pendukung dan pengelolaan sumber daya manusia perlu dievaluasi lebih dalam,” kata Dave saat dihubungi, Rabu (30/7).
Ia belum memastikan kapan pertemuan itu dilakukan. Saat ini DPR masih memasuki masa reses dan akan kembali bersidang pada 14 Agustus 2025.
"Dalam waktu dekat, Komisi I berencana memanggil perwakilan Kemlu untuk mendapatkan keterangan resmi seputar mekanisme penugasan, rotasi, serta program dukungan kesehatan mental bagi para diplomat. Tujuannya bukan mencari kesalahan individu, melainkan merumuskan rekomendasi perbaikan sistemik agar keseimbangan antara profesionalisme dan kesejahteraan pegawai senantiasa terjaga," tutur politisi Golkar itu.
Dave berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. Sehingga diplomat bisa bekerja dengan baik.
"Kami menekankan, bahwa pengabdian yang luar biasa dari diplomat-diplomat kita harus didukung oleh lingkungan kerja yang sehat dan berkelanjutan," ujarnya.
Hasil Forensik Psikologi

Motif kematian Arya Daru belum secara tegas diungkap kepolisian. Namun dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, polisi dan ahli yang terlibat dalam penyelidikan mengungkap soal barang bukti hingga kondisi kesehatan fisik hingga mental Arya Daru.
Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) mengungkapkan hasil forensik psikologi terhadap Arya Daru. Psikologi forensik dilakukan melalui berbagai metode, di antaranya melalui penggalian informasi kepada keluarga hingga kerabat Arya Daru. Apsifor mengungkapkan, Arya mengalami burnout dalam menjalankan tugasnya.
"Bahwa masa-masa akhir kehidupannya sebagai diplomat, almarhum mulai melakukan tugas melindungi WNI, menjalankan tugas profesional sebagai rescuer bagi WNI yang terjebak situasi krisis," kata Ketua Umum Apsifor Nathanael E. J. Sumampouw dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7).
"Peran itu menuntut empati yang tinggi, ketahanan psikologis. Ini menimbulkan dampak burnout, fatigue. Dinamika psikologis itu kami temukan di akhir kehidupan," ujarnya.
Keluarga Berharap Kasus Terus Diselidiki

Sementara dari pihak keluarga, kakak ipar Arya Daru, Meta Bagus, mengatakan bahwa Arya tak pernah bercerita soal beban berat tugasnya itu. Keluarga mengungkapkan sosok Arya yang terbuka dan selalu bercerita tentang kondisinya.
Keluarga percaya pihak berwajib akan bekerja berdasarkan kaidah-kaidah profesionalisme. Keluarga berharap penyelidikan kasus ini terus dilakukan polisi.
"Betul (berharap penyelidikan lanjut). Karena kan tadi dari Direskrimum (Polda Metro Jaya) juga sudah menyampaikan bahwa ini belum tuntas. Berarti kan masih ada hal-hal yang perlu didalami lagi oleh beliau-beliau, para penyidik. Nah, itu kita tunggu bersama nanti bagaimana hasil ke depannya, gitu," bebernya.