
Kakak Vadel Badjideh berharap adiknya segera merampungkan proses hukumnya menjadi salah satu berita populer pada Minggu (8/6). Selain itu, Ayu Ting Ting buka suara soal kebijakan Kang Dedi Mulyadi (KDM) juga menjadi sorotan.
Berikut ini, kumparan telah merangkum sederet berita yang menyita perhatian sepanjang hari kemarin.
Berharap Kasus Vadel Badjideh Segera Selesai, Kakak: Agar Bisa Kejar Mimpi Lagi

Kakak Vadel Badjideh, Martin Badjideh, berharap proses hukum yang dilalui adiknya segera selesai. Beberapa waktu lalu, Vadel baru saja menjalani pelimpahan tahap 2 atas kasus persetubuhan anak di bawah umur yang menjeratnya.
Martin berdoa agar Vadel Badjideh bisa kembali menjalani karier sebagai seorang dancer. Sebab, menurut Martin, Vadel pernah mengharumkan nama bangsa.
"Nanti semua selesai bisa berkarier lagi, bisa mengharumkan nama bangsa," kata Martin di Kejari Jakarta Selatan, belum lama ini.
Martin menjelaskan, Vadel dan kakaknya, Bintang Badjideh merupakan dancer yang berprestasi. Hal tersebut hanya bisa kembali Vadel raih jika proses hukumnya sudah selesai.
"Pesannya dia bisa selesai ini, bisa kejar lagi mimpinya dia, semoga Allah kasih jalan," tambahnya.
Ramai Pencipta Lagu Gugat Penyanyi, Rian D'MASIV Mengaku Sedih

Vokalis D'MASIV, Rian Ekky Pradipta, mengaku sedih melihat polemik royalti hak cipta lagu belakangan ini. Pencipta lagu banyak yang menggugat penyanyi, lantaran mereka merasa kontribusi tak dihargai.
Di sisi lain, penyanyi pun pecah beragam kongsi. Ada yang berjuang demi kejelasan, bersuara lewat media sosial, hingga diam tanpa alasan. Rian mengungkap rasa sedihnya itu lewat akun X pribadinya.
"Gue kenapa sedih, ya, musisi penyanyi pencipta saling gugat gini," tulis Rian.
Rian berandai, apabila industri musik berpihak pada seniman, pasti tidak akan terjadi hal seperti ini. Kehadiran negara, khususnya kejelasan aturan dalam Undang Undang, sangatlah dibutuhkan di tengah kondisi genting saat ini.
"Andaikan industri ini berpihak sama senimannya, pasti enggak akan sampai begini kondisinya," tulisnya.
MLI Hadirkan Rumah Bahaya Menganggur, Wahana untuk Bebas Luapkan Emosi

Majelis Lucu Indonesia (MLI) baru-baru ini menghadirkan wahana anger room yang bertajuk Rumah Bahaya Menganggur. Wahana ini dihadirkan untuk menjawab kebutuhan orang-orang yang ingin melampiaskan emosi dengan cara yang aman.
Di Rumah Bahaya Menganggur, pengunjung bisa menghancurkan barang-barang dengan bebas untuk melampiaskan emosi yang selama ini terpendam, secara aman dan terkendali.
CEO Majelis Lucu Indonesia, Patrick Effendy, mengatakan bahwa kehadiran wahana ini terinspirasi dari serial Bahaya Menganggur yang tayang di platform LucuFlix.
“Wahana ini adalah perpanjangan dari semesta LucuFlix. Ini ruang aktual untuk melampiaskan hal yang selama ini kita tahan—emosi, kemarahan, kekesalan yang gak bisa disampaikan secara verbal," kata Patrick Effendy dalam keterangan tertulisnya.
"Rumah Bahaya Menganggur bukan cuma hiburan, tapi juga terapi. Ruang buat meluapkan apa yang gak bisa diungkap,” imbuhnya.
Wahana Rumah Bahaya Menganggur berlokasi di lantai 2 Epiwalk Lifestyle, Jakarta Selatan. Wahana ini akan resmi dibuka untuk publik pada 14 Juni mendatang dengan harga tiket masuk mulai dari Rp 80 ribu.
Kata Ernest soal Hak Adaptasi Internasional Film Agak Laen dan Tinggal Meninggal

Sutradara sekaligus produser Ernest Prakasa menjelaskan mengenai kerja sama antara Imajinari, dengan rumah produksi asal Korea, Barunson E&A.
Imajinari merupakan rumah produksi yang Ernest Prakasa dirikan. Bentuk kerja sama itu adalah Barunson E&A menjadi pihak eksklusif yang menangani kerja sama remake rights untuk tiga film Imajinari: Agak Laen dan sekuelnya, serta Tinggal Meninggal.
"Nah, dalam kerja sama Barunson dengan Imajinari, Barunson itu memegang exclusive rights untuk adaptasi film Tinggal Meninggal dan Agak Laen," kata Ernest di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Ernest mengatakan Barunson E&A yang akan mengurus apabila ada suatu negara yang ingin mengadaptasi film Agak Laen dan Tinggal Meninggal.
Meski Imajinari dan Barunson E&A sudah menjalin kerja sama, bukan berarti sudah ada negara lain yang ingin mengadaptasi film Agak Laen dan Tinggal Meninggal.
Ernest Prakasa mengatakan kerja sama itu dilakukan untuk memudahkan jika kelak nanti ada negara lain yang ingin mengadaptasi film tersebut.
"Apakah nanti akan ada yang datang dan saya mau dong adaptasi? Enggak tahu, belum tentu ada. Bisa jadi enggak ada gitu. Tapi kalaupun sampai ada, mereka yang akan meng-handle. Jadi kira-kira konteksnya kayak gitu," tutur Ernest.
Kata Ayu Ting Ting soal Kebijakan Dedi Mulyadi Terkait Jam Sekolah di Jawa Barat

Pedangdut Ayu Ting Ting ikut berkomentar mengenai kebijakan baru Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, terkait jam masuk untuk anak sekolah. Dedi meminta agar jam masuk anak sekolah di Jawa Barat diselaraskan menjadi pukul 06.30 WIB.
Ayu mengatakan tak mau ambil pusing soal kebijakan tersebut. Sebab Ayu menilai putrinya, Bilqis, termasuk anak yang rajin sekolah dan selalu tepat waktu.
"Kalau Bilqis, ya, karena sekolah dekat kadang jam setengah 8 masih kekejar ke sekolah. Saya belum tahu untuk International school gimana penerapannya, mungkin kalau negeri harus begitu, ya, kebijakannya dijalankan," ujar Ayu Ting Ting kepada wartawan di kediamannya di Depok, Jawa Barat.
Seandainya kebijakan itu juga berlaku bagi International school tempat anak Ayu sekolah, maka pelantun Sambalado itu juga tak merasa khawatir berlebihan.
"Bilqis masih bisa, ya, dia malah enggak sampai setengah 8 sudah berangkat, jam 7 kurang sudah jalan," ucap Ayu.
Sejak awal Ayu memang sudah mengajarkan Bilqis untuk disiplin. Salah satu aturan ketat bagi sang anak di hari sekolah adalah terkait penggunaan handphone.
"Dari kecil di hari Senin sampai Jumat dia enggak boleh pegang handphone, kecuali libur. Anaknya juga nurut, ya, tapi adiknya (sepupu) aja nih yang sering main handphone," kata Ayu Ting Ting.