
Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengungkapkan 30 persen produksi megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) konsorsium Indonesia-China bakal diekspor.
Toto menyebutkan, proyek yang baru saja groundbreaking ini sudah memiliki prospek pembeli alias offtaker, baik itu pasar domestik maupun internasional.
Namun, dia tidak bisa membeberkan perusahaan mana saja yang akan membeli baterai dari Indonesia, sebab masih dalam proses penandatanganan dengan pihak konsorsium China.
Proyek tersebut merupakan pengembangan industri baterai hulu ke hilir yang terdiri dari 6 proyek secara terintegrasi, dikembangkan oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam), IBC, dan Konsorsium CATL Brunp dan Lygned (CBL) yang merupakan anak perusahaan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).
"Sudah ada beberapa offtaker langsung, banyak yang ada di Indonesia, ada juga untuk yang pasar untuk ekspor. Namanya belum bisa keluar karena masih perjanjian dengan CATL," ungkap Toto saat ditemui di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) Karawang, dikutip Senin (30/6).
Toto menjelaskan, negara asal perusahaan yang ingin membeli baterai dari proyek tersebut meliputi Jepang, India, dan Amerika Serikat (AS). Dia juga membuka peluang bisa diekspor ke Eropa, walaupun dalam kondisi saat ini Eropa sudah memenuhi pasokannya sendiri.

"Kalau kondisi sekarang, saya rasa yang paling bisa itu terutama untuk ekspor ya Amerika, Southeast Asia, sebagian dari India. Kalau Eropa, karena mereka sudah punya kapasitas Eropa cukup besar. Afrika belum," jelasnya.
Pada fase pertama, pabrik tersebut akan memproduksi 6,9 GWh baterai mulai tahun 2026, dan mencapai kapasitas penuh sebanyak 15 GWh pada tahun 2028.
Porsi ekspor dari total penjualan, kata Toto, yakni mencapai 30 persen, sementara 70 persen alias mayoritas akan dipasok di dalam negeri. Produknya tidak hanya untuk baterai kendaraan listrik (EV), namun juga Battery Energy Storage System (BESS) untuk pembangkit intermitten.
"Kalau kita lihat dengan kondisi yang sekarang, diekspor sekitar 30an persen lah. Tapi nanti pasti berubah-ubah tahun-tahun. 30 persen ekspor, sisanya untuk domestik," tutur Toto.
Bisa Tembus Pasar AS Usai Tarif Dagang Mereda
Toto juga menjelaskan, produksi dari proyek investasi China ini bisa menembus pasar AS lantaran tensi perang dagang sudah mereda. Selain itu, dia juga berharap politik bebas aktif yang diemban Indonesia juga diimplementasikan di sektor perdagangan.
Presiden AS Donald Trump sepakat menurunkan tarif impor dengan China menjadi 55 persen. Selain itu, China juga menjadi pemasok mineral tanah jarang yang penting untuk industri otomotif AS.
"Trump kan sekarang udah mulai tidak seperti sebelumnya. Jadi yang kita inginkan dari Indonesia itu, kita ekspor ke China bisa, ke Amerika bisa, ke Eropa bisa. Nah itu harapan dari kita," kata Toto.
Di sisi lain, Toto menilai penggunaan kendaraan EV di seluruh dunia baik itu China, AS, Eropa, bahkan Timur Tengah sudah mulai masif, dipastikan mengandalkan pasokan bahan baku dari Indonesia.
"Nah yang ada nikel itu adalah Indonesia. Jadi itu yang tugas negara kita untuk bisa meningkatkan konsumsi," imbuhnya.