Waspada Myasthenia Gravis, Penyakit yang Sering Dikira ‘Kecapekan Kerja’

1 month ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

Di tengah tuntutan produktivitas yang kian tinggi dalam dunia kerja modern, banyak profesional muda cenderung mengabaikan rasa lelah ekstrem. Mereka kerap menganggapnya sebagai gejala burnout biasa.

Padahal, di balik asumsi tersebut, tersembunyi sebuah potensi bahaya yang mengintai yaitu Myasthenia Gravis (MG). Penyakit autoimun serius ini, jika tidak dideteksi dan ditangani dengan tepat, dapat mengancam jiwa.

Myasthenia Gravis merupakan penyakit autoimun neuromuskular kronis yang secara spesifik ditandai dengan kelemahan otot yang fluktuatif. Gejala-gejala khas seperti kelopak mata yang turun (ptosis), penglihatan ganda (diplopia), suara sengau, hingga kesulitan menelan sering kali disalahartikan sebagai tanda-tanda kelelahan biasa, stres, atau bahkan kurang tidur. Akibatnya, keterlambatan dalam diagnosis menjadi hal yang lumrah terjadi, yang pada gilirannya dapat menurunkan kualitas hidup pasien secara drastis dan meningkatkan risiko komplikasi fatal. Komplikasi paling berbahaya adalah krisis miastenik atau gagal napas, kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan intensif.

Dokter spesialis saraf RSCM,dr Ahmad Yanuar Safri, SpS(K), menekankan dampak serius dari MG, tidak hanya secara medis, tetapi juga sosial dan ekonomi. Menurut dia, selain dapat menyebabkan kematian, penyakit ini juga menurunkan produktivitas kerja, membatasi aktivitas sosial, dan pada akhirnya menimbulkan dampak ekonomi dan sosial bagi pasien, keluarga, dan sistem kesehatan.

"Pasien MG memerlukan pengobatan yang tepat, konsisten, dan terjangkau untuk dapat mempertahankan kualitas hidup yang optimal. Dengan demikian, ketersediaan dan akses pengobatan sangatlah penting,” ujar dr Yanuar dalam diskusi kesehatan bertajuk “Lebih dari Sekadar Lelah” yang digelar Menarini Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia (YMGI) pada Sabtu (12/7/2025).

Ia mengatakan jika semua aspek tersebut dapat terpenuhi, pasien MG memiliki harapan besar untuk dapat diobati dengan tuntas dan kembali beraktivitas normal seperti sedia kala. Senada dengan dr Yanuar, dokter spesialis saraf RS Brawijaya Saharjo, dr Zicky Yombana, Sp.S, menyampaikan kekhawatirannya tentang minimnya kesadaran masyarakat.

"Pada saat ini banyak masyarakat yang mengabaikan gejala seperti kelopak mata yang sering turun atau suara yang tiba-tiba menjadi sengau, lalu menganggapnya hanya sebagai kelelahan biasa akibat tuntutan pekerjaan. Di era digital ini, banyak yang terjebak dalam 'jebakan dr Google', mencoba mendiagnosis diri sendiri dan menunda konsultasi medis yang krusial," ujar dr Zicky.

Sebagai seorang dokter yang juga merupakan pasien Myasthenia Gravis, ia memiliki pemahaman mendalam tentang urgensi diagnosis dini. "Sebagai dokter sekaligus pasien, saya tahu persis betapa pentingnya diagnosis dini. Jika Anda merasakan kelemahan otot yang hilang timbul, segera berkonsultasi dengan dokter saraf. Itulah kunci untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti krisis miastenik dan memungkinkan untuk kembali hidup secara produktif,” kata dia menjelaskan.

Perspektif pasien yang merasakan langsung dampak MG juga dibagikan oleh Annisa Kharisma, atau akrab disapa Tata, dari YMGI. Ia menceritakan kebingungannya saat gejala awal muncul dan sering kali diabaikan oleh lingkungan sekitarnya.

"Bagian terburuknya adalah kebingungan. Saya diberi tahu bahwa saya 'hanya lelah', 'stres karena pekerjaan', atau 'mungkin hanya butuh lebih banyak tidur'. Saya pun mulai meragukan diri saya sendiri,” ujar Tata.

“Lain kali jika ada seseorang yang berkata mereka 'lelah', saya harap Anda mengingat cerita saya. Mari kita bersama-sama membangun komunitas yang penuh kesadaran dan proaktif dalam memeriksakan kesehatan diri,” kata dia lagi.

Fakta medis menunjukkan bahwa pasien MG menghadapi risiko kematian yang lebih tinggi secara signifikan. Tingkat mortalitas pada pasien MG mencapai 14 persen dalam 5 tahun dan 21 persen dalam 10 tahun setelah gejala muncul.

Risiko terbesar datang dari krisis pernapasan (krisis miastenik) yang membutuhkan perawatan intensif.

Presiden Direktur Menarini Indonesia, Idham Hamzah, menegaskan komitmen perusahaannya dalam mendukung pasien MG. Dia menyebut Menarini tidak hanya berkomitmen menghadirkan terapi yang efektif, tetapi juga turut peduli terhadap kondisi dan perjuangan pasien yang hidup dengan penyakit ini. "Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit MG, agar pasien tidak terlambat didiagnosis dan dapat segera mendapatkan terapi yang tepat,” ujar Idham.

Kolaborasi antara Menarini Indonesia dan YMGI, bersama seluruh pemangku kepentingan seperti dokter, apoteker, asosiasi pasien, dan pemerintah, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap Myasthenia Gravis, mengurangi keterlambatan diagnosis, serta menjamin keberlanjutan terapi yang tepat demi masa depan pasien MG yang lebih baik. Kesadaran adalah kunci untuk mengubah stigma "hanya lelah" menjadi kewaspadaan terhadap ancaman yang lebih serius.

Read Entire Article