
Ancaman tarif impor Presiden Donald Trump bukan hanya pada setiap negara. Kini dia juga berencana memberlakukan tarif tinggi pada produk farmasi yang masuk ke Amerika Serikat dalam waktu dekat.
“Tarifnya akan sangat tinggi hingga 200 persen,” kata Trump dalam rapat kabinet dikutip dari CNBC International, Kamis (10/7).
Meski begitu, dia menyiratkan bahwa tarif tersebut tidak akan langsung berlaku. Dia memberi waktu sekitar satu tahun hingga satu setengah tahun sebelum diterapkan agar para produsen obat memindahkan kembali proses produksi ke AS.
“Kami akan memberikan mereka waktu tertentu untuk berbenah,” ujar Trump.
Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan rincian mengenai tarif farmasi akan diumumkan akhir bulan ini, setelah rapat kabinet.
“Untuk farmasi dan semikonduktor, studi-studi terkait akan selesai akhir bulan. Setelah itu, presiden akan menetapkan kebijakannya, dan saya akan membiarkan beliau memutuskan bagaimana caranya,” jelas Lutnick.
Trump memang kerap melontarkan ancaman tarif dan kemudian mengubah haluan, sehingga tidak ada jaminan tarif farmasi benar-benar akan dikenakan sebesar 200 persen. Saham-saham farmasi sendiri tidak banyak berubah setelah komentar Trump tersebut.

Analis dari Leerink Partners, David Risinger, menyebut pengumuman ini sebenarnya positif bagi industri, karena tarif tidak langsung diterapkan dan belum pasti akan benar-benar diberlakukan di masa depan.
Ini merupakan pernyataan paling signifikan dari Trump soal tarif farmasi sejak April lalu, ketika pemerintahannya meluncurkan penyelidikan Section 232 terhadap produk-produk farmasi. Pasal hukum ini memungkinkan Menteri Perdagangan menyelidiki dampak impor terhadap keamanan nasional.
Jika diterapkan, tarif ini akan menjadi pukulan besar bagi perusahaan farmasi, yang selama ini telah menentang kebijakan tersebut dan memperingatkan bahwa tarif dapat meningkatkan biaya, menghambat investasi di AS, serta mengganggu rantai pasokan obat, yang bisa membahayakan pasien. Industri ini juga masih menghadapi dampak dari kebijakan harga obat Trump, yang dianggap produsen obat sebagai ancaman terhadap keuntungan dan investasi riset mereka.
Trump mengatakan tarif akan mendorong perusahaan obat untuk memindahkan produksi ke dalam negeri. Beberapa perusahaan besar seperti Eli Lilly, Johnson & Johnson, dan AbbVie sudah mulai meningkatkan investasi di AS, setelah selama beberapa dekade terakhir produksi obat domestik menurun drastis.
PhRMA, kelompok lobi industri farmasi terbesar di AS, kembali menegaskan penolakannya terhadap kebijakan tarif ini.
“Setiap dolar yang dihabiskan untuk tarif adalah dolar yang tidak bisa digunakan untuk manufaktur di Amerika atau pengembangan pengobatan dan penyembuhan masa depan,” kata Wakil Presiden Senior Urusan Publik PhRMA Alex Schriver.
Menurut dia, industri ini sejalan dengan tujuan Trump untuk menghidupkan kembali manufaktur di AS, dan belakangan ini telah mengumumkan investasi ratusan miliar dolar.
"Tapi memberlakukan tarif pada obat-obatan justru kontraproduktif terhadap upaya tersebut. Obat-obatan secara historis dikecualikan dari tarif karena dapat menaikkan harga dan menyebabkan kelangkaan," terangnya.