
Laporan investigasi yang dilakukan media Israel, 972 Magazine dan Local Call, mengungkapkan militer menggunakan drone buatan China untuk membunuh warga sipil Palestina di Jalur Gaza. Drone tersebut dipersenjatai untuk menyerang warga sipil di Gaza.
Temuan dua media yang dipublikasikan pada Minggu (13/7) lalu mengungkapkan drone tersebut dioperasikan secara manual oleh prajurit di lapangan untuk mengebom warga sipil, termasuk anak-anak, demi memaksa mereka keluar dari rumah atau mencegah mereka kembali ke wilayah tempat mereka diusir.
Dikutip dari Al Jazeera, Selasa (15/7), dua media itu mewawancarai 7 prajurit dan pejabat untuk mendukung laporan tersebut.
Investigasi menemukan para prajurit kebanyakan menggunakan drone Evo yang diproduksi perusahaan China, Autel, yang dijual secara komersial dengan harga USD 3 ribu (setara Rp 48,8 juta) dan digunakan oleh fotografer.
"Namun, dengan alat tambahan yang dipasang militer yang dikenal secara internal sebagai 'bola besi', granat tangan dapat dipasang ke drone yang dijatuhkan dengan menekan tombol untuk meledak di tanah," kata laporan itu. Laporan itu juga mengungkap mayoritas perusahaan militer Israel di Gaza menggunakan drone tersebut.
Serangan Drone Sengaja Menargetkan Anak-anak

Laporan itu juga mengungkap cerita prajurit Israel yang bertugas di wilayah Rafah tahun ini, S, yang ditugaskan untuk mengkoordinasikan serangan drone di sebuah lingkungan di kota yang telah diperintahkan untuk dievakuasi.
"Jelas bahwa mereka berusaha kembali ke rumah -- tidak diragukan lagi," kata prajurit itu kepada media.
"Mereka tidak bersenjata, dan tidak ada [senjata] yang ditemukan di dekat jenazah mereka. Kami tidak pernah menembakkan tembakan peringatan. Tidak sama sekali," lanjutnya.
Prajurit Israel juga mengatakan mereka tidak diizinkan untuk mengumpulkan jenazah. Bahkan, kadang mereka membiarkan anjing liar memakan jenazah itu, dan mereka hanya menonton dan merekamnya dari jauh.
Dalam banyak kasus, S mengungkapkan militer Israel dengan sengaja menyerang anak-anak.
"Ada seorang anak laki-laki yang memasuki zona [terlarang]. Dia tidak melakukan apa pun. [Prajurit lain] mengeklaim melihatnya berdiri dan berbicara dengan orang-orang. Itu saja -- mereka menjatuhkan granat dari drone," kata S dalam kesaksiannya.
Jurnalis Al Jazeera, Nour Odeh, mengungkapkan prajurit Israel berkata drone tersebut digunakan untuk mengosongkan wilayah Palestina.
"Dan untuk mengajarkan warga Palestina, lewat darah, untuk tidak kembali," kata Odeh.
Kembali lagi ke kesaksian prajurit. Mereka mengatakan drone komersial menguntungkan karena harganya lebih murah dari drone khusus militer.
"Harganya sangat murah, sangat mudah untuk digunakan. Penggunaan drone itu terdesentralisasi, karena hanya satu pleton yang dapat menggunakannya. Penggunaannya tidak memerlukan izin dari komando pusat," kata editor dan penulis di Local Call, Meron Rapoport, kepada Al Jazeera.
Laporan itu juga menyebut unit militer Israel di Gaza juga menggalang dana di Israel dan AS untuk membeli lebih banyak drone serupa, mengunggah video untuk berterima kasih kepada donor atas kontribusi mereka.
Serangan drone merupakan bagian perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan setidaknya 58.026 warga Palestina dan melukai 138.520 orang sejak Oktober 2023.
Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel dalam serangan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023.