LAKON Store mengajak lima brand desainer muda lokal untuk mempresentasikan rancangan modenya di atas runway. Mereka adalah byDree, Saroengan, Kyrra, Oxford Society, dan Senja Sore. Terhimpun dalam satu tema utama, yakni cinta, mereka menerjemahkan makna kasih sayang ke atas lembaran kain lewat pemilihan warna, siluet, hingga motif.
Begini cara para desainer menginterpretasikan cinta lewat karya mereka—diawali dengan rasa cinta terhadap diri sendiri dan kekuatan perempuan, diakhiri dengan kasih yang sunyi, tenang, dan temaram.
byDree membuka peragaan busana ini dengan lagu upbeat, menggaungkan esensi cinta yang sesungguhnya: Cinta pada diri sendiri. Lewat koleksi bertajuk 'Saudade', 18 looks yang dihadirkan merepresentasikan kekuatan perempuan, rasa cinta pada diri sendiri, serta rasa rindu akan kesetaraan gender.
“Kami merindukan sebuah gebrakan. Sebuah terobosan yang mampu mendobrak batas, di mana perempuan Indonesia bisa berkarya, melangkah, dan berdiri sejajar dengan siapa pun, tanpa ragu dan tanpa harus memilih antara kuat atau anggun,” ungkap byDree dalam keterangan resminya.
Koleksi ini didominasi oleh kain denim yang kuat, tetapi tetap mengikuti lekuk tubuh perempuan. Siluetnya pun beragam, mulai dari oversized vest, celana jeans longgar, blus denim, jaket denim, hingga kemeja dan dress. Aksesori dari denim pun turut ditampilkan, seperti leg warmers yang chic.
Kata siapa sarung ketinggalan zaman? Brand lokal Saroengan membuktikan bahwa sarung juga bisa dirancang menjadi pakaian yang trendi dan stylish. Terdiri dari 18 looks, koleksi bertajuk “Bayang” ini hadir dalam palet warna monokromatik yang menyulap sarung menjadi rok, kain bawahan, blus, tanktop, bahkan aksesori seperti dasi dan bros.
Menurut Co-Founder Saroengan Yaafi Yosandi, koleksi Bayang memiliki kaitan dengan konsep kelahiran kembali atau rebirth; berkaca pada cinta yang tidak abadi, tetapi bisa terlahir kembali. Ia ingin mengembalikan kembali sarung ke kejayaannya, di mana sarung tak hanya disimpan saja di lemari, tetapi dipakai.
“Kami mau melahirkan kembali sarung. Dulu dipakai, sekarang banyaknya disimpan. Padahal, kita mau mengembalikan sarung agar bisa dipakai, supaya tidak hanya ada di bayang-bayang saja. Sekarang, sudah semakin banyak yang berani berkain dan brand lokal pun merancang kain Indonesia dengan gaya baru; ini membuat tradisi sarungan ke dalam gaya yang relevan dan timeless,” kata Yaafi di konferensi pers.
KYRRA hadir sebagai ledakan warna dan motif di tengah lakon peragaan busana. Bertemakan ‘Oasea’ yang terinspirasi dari oasis, koleksi ini menghadirkan deretan busana bernu...