Liputan6.com, Jakarta - Sony rumornya sedang bersiap untuk memperkenalkan model baru PlayStation 5 (PS5), yakni PS5 Digital Edition. Kabar ini mencuat setelah beredarnya sebuah konsol baru Sony dengan kode CFI-210.
Namun, alih-alih membawa peningkatan dari model sebelumnya, PS5 Digital Edition ini disebut-sebut justru hadir dengan spesifikasi lebih rendah.
Mengutip PlayStationLifestyle, Senin (8/9/2025), konsol model terbaru Sony dengan kode CFI-210 ini hasa memiliki penyimpanan SSD berkapasitas 828GB.
Kapasitas ini lebih kecil dibandingan dengan PS5 versi sebelumnya yang sudah dibekali dengan SSD 1TB.
Gamer pun semakin geram ketika mengetahui, konsol baru Sony tersebut akan dipatok dengan harga 499 Euro atau sekitar Rp 9,5 juta.
Padahal, harga PS5 baru ini sama persis dengan konsol Digital Edition generasi sebelumnya, tetapi dengan kapasitas storage lebih besar.
Banyak gamer merasa menilai langkah Sony ini tidak masuk akal. Mereka merasa seharunya konsol dengan spesifikasi lebih rendah dijual lebih murah, mengingat usia PS5 sudah memasuki tahun keempat sejak dirilis pada 2020.
“Shrinkflation”: Bayar Sama, Dapat Lebih Sedikit
Kritik pedas yang dilontarkan para pemain terhadap PS5 model baru ini sangatlah beralasan.
Praktik ini dikenal sebagai "shrinkflation", di mana produsen mengurangi isi atau kualitas produk tanpa menurunkan harganya.
Hal ini tentunya sangat tidak disukai oleh konsumen di mana pun, apalagi Sony sendiri baru-baru ini menaikkan harga konsol PS5 di berbagai negara.
Kapasitas SSD yang dikurangi menjadi 825GB merupakan hal wajar jika menjadi suatu masalah besar bagi para pemain.
Mengingat ukuran game-game modern semakin besar, ruang penyimpanan lebih kecil dapat menjadi kendala. Karena ini, berarti pemain harus lebih sering menghapus dan menginstal ulang game.
Bukan Cuma Pemain, Bos Capcom Ikut Mengkritik
Permasalahan harga PS5 tidak hanya menjadi keluhan di kalangan komunitas pemain. Presiden Capcom, Haruhiro Tsujimoto, juga pernah menyampaikan kekhawatirannya tentang kenaikan harga konsol tinggi ini.
Ia mengatakan, lonjakan harga tinggi bisa berdampak negatif dan memengaruhi pada penjualan game-game terbaru mereka, seperti Monster Hunter Wilds.
Pernyataan dari tokoh penting di industri ini menunjukkan bahwa isu harga PS5 bukan masalah hubungan antara produsen dan konsumen saja.
Dampaknya ternyata jauh lebih luas karena bisa berpengaruh pada keseimbangan ekosistem industri game itu sendiri.
Perubahan ini dapat berpotensi menghambat pertumbuhan pasar dan mengurangi jumlah pemain yang bisa menikmati game-game berkualitas tinggi.
Menghindari Jebakan 'Shrinkflation'
Bocoran tentang PS5 model baru ini menunjukkan tren yang cukup meresahkan di industri teknologi.
Saat ini, banyak perusahaan-perusahaan yang berusaha menekan biaya produksi dengan menurunkan spesifikasi, tetapi dengan harga yang tetap dipatok sama.
Bagi konsumen, hal ini tentu merugikan karena mereka mendapatkan nilai yang lebih rendah dari uang yang dibayarkan.
Bagi calon pembeli, penting untuk selalu teliti dan membandingkan spesifikasi konsol sebelum membeli.
Dengan banyaknya model PS5 yang beredar, mulai dari PS5 standar hingga versi Digital, perbedaan kecil seperti kapasitas SSD bisa menjadi poin pertimbangan.
Pengawasan dari komunitas dan media perlu ditingkatkan supaya produsen tidak lagi membuat keputusan yang merugikan konsumen.