Petani Indonesia: Masa Depan Kita

5 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi lahan pertanian. Foto: Dok. Kementan

Di tengah gegap-gempita narasi pertumbuhan ekonomi digital dan industrialisasi, satu sektor sering luput dari perhatian padahal justru paling tangguh saat krisis: pertanian.

Saat pandemi COVID-19 mengguncang hampir semua sektor, pertanian justru menjadi jangkar stabilitas. Ia menjaga ketersediaan pangan, menyerap tenaga kerja yang ter-PHK, dan menjadi bantalan sosial bagi keluarga-keluarga yang terdampak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, lebih dari 28% tenaga kerja Indonesia masih bergantung pada sektor ini. Bahkan di banyak daerah, kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tetap signifikan.

Namun ironisnya, peran vital ini tidak diiringi dengan perhatian serius. Narasi pembangunan nasional lebih condong ke industri dan ekonomi digital, seolah pertanian hanya relevan bagi masa lalu. Pemerintah daerah sibuk membangun mal dan jalan tol, tapi sawah-sawah produktif terus menyusut. Di banyak kota kecil, lahan pertanian perlahan berubah jadi kompleks perumahan.

Jika pola ini terus berlanjut, kita bukan hanya kehilangan petani, kita kehilangan masa depan.

Petani Milenial: Mengapa Anak Muda Masih Enggan Terjun ke Pertanian?

Petani milenial Indonesia. Foto: Kementan RI

Krisis terbesar sektor pertanian saat ini bukan hanya soal produktivitas, tapi soal regenerasi.

Mayoritas petani Indonesia kini berusia di atas 50 tahun. Anak muda jarang sekali yang bercita-cita menjadi petani. Bertani dianggap sebagai pekerjaan yang kotor, melelahkan, penuh ketidakpastian, dan yang paling penting, tidak sejahtera. Dalam budaya populer, petani sering digambarkan dengan wajah letih dan nasib pasrah, bukan sosok inovatif atau pengusaha pangan masa depan.

Padahal, realitas pertanian hari ini sudah mulai berubah. Ada teknologi digital, drone, Internet of Things (IoT), hingga kecerdasan buatan (AI) yang bisa diterapkan di lahan. Namun sayangnya, perubahan ini masih sangat terbatas di kota besar dan komunitas tertentu. Sebagian besar anak muda bahkan tidak tahu bahwa pertanian bisa dilakukan secara urban farming, aquaponik, atau vertikultur di lahan sempit.

Selain soal citra, masalah akses juga krusial. Banyak anak muda tertarik bertani, tapi terbentur mahalnya lahan, sulitnya modal, dan minimnya pelatihan yang aplikatif. Sistem distribusi hasil pertanian pun tidak transparan, harga fluktuatif, dan petani kerap dirugikan oleh tengkulak.

Tanpa dukungan sistemik, anak muda akan terus menjauh dari pertanian. Dan saat generasi terakhir petani pensiun, kita mungkin baru menyadari betapa berharganya profesi yang selama ini kita anggap "biasa saja".

Tanpa Regenerasi Petani, Keamanan Pangan dan Masa Depan Ekonomi Terancam

Jika krisis regenerasi ini tidak segera ditangani, Indonesia akan menghadapi tantangan serius dalam waktu dekat: krisis pangan.

Permintaan pangan akan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Namun di sisi lain, produktivitas pertanian stagnan, petani menua, dan lahan menyusut. Tanpa petani baru, siapa yang akan menanam padi? Siapa yang akan memanen cabai, bawang, dan sayur-mayur?

Jawaban yang paling mungkin: impor. Dan saat negara terus bergantung pada impor, maka kita bukan lagi negara agraris yang berdaulat, melainkan negara konsumen yang rentan guncangan global.

Ketergantungan pada pangan impor tidak hanya menguras devisa, tapi juga membuat harga domestik tidak stabil. Saat harga global naik atau pasokan terganggu akibat konflik atau bencana iklim, rakyat Indonesia akan langsung merasakan dampaknya.

Lebih jauh, krisis regenerasi petani juga memperlebar jurang kesenjangan wilayah. Desa akan kehilangan tenaga kerja produktif, arus urbanisasi makin deras, dan kota makin padat. Ketimpangan semakin besar, dan pembangunan semakin tidak merata.

Belajar dari Inovasi Pertanian di Negara Berkembang: Vietnam dan Thailand

Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay