
Penjaga indekos Gondia International Guest House, Menteng, Jakarta Pusat, Siswanto, mengaku stres lantaran bolak-balik diperiksa terkait kematian Diplomat Arya Daru Pangayunan (39), yang tak wajar.
Keluhan ini disampaikan Siswanto kepada Andi, seorang penjaga toko vape yang ada satu bangunan dengan Gondia International Guest House.
“Dia curhat, stres ditanyain terus, dia enggak tahu apa-apa (soal kematian Arya),” kata Andi saat ditemui di lokasi, Sabtu (12/7).
Bahkan, Siswanto beberapa kali menelepon Andi. Sebab, Andi tak ada di Menteng dan tengah mengurus tokonya di daerah lain.
"Dia (Siswanto) juga telepon gua mulu, stress dia," kata Andi.
"Gue stres banget, Bang," lanjut Andi, menirukan keluhan Siswanto.
Sampai sekarang belum ada pernyataan langsung dari Siswanto kepada jurnalis perihal pemeriksaan terhadap dirinya.
Siswanto, pada malam sebelum Arya ditemukan tewas, sempat terlihat dua kali di depan kamar Arya. Yakni pukul 00.27 WIB, dan 05.20 WIB di rekaman CCTV kos itu. Sosok Siswanto itu dikenali Andi.
“Yang malam-malam itu buka baju, enggak pakai kacamata itu enggak jelas, tapi perawakannya dia (Siswanto, penjaga kos). Kalau yang pakai kemeja itu saya yakin (Siswanto),” ujar Andi.
Pada Sabtu siang, kata Andi, Siswanto kembali terlihat dijemput oleh beberapa orang. Namun ia tak bisa memastikan apakah mereka merupakan anggota kepolisian.
“Pas dia masuk sini, enggak lama ada yang jemput, pakai mobil. Dia sambil ngelihatin pas cabut (pergi), kaya ketakutan,” ungkapnya.
Arya Daru Pangayunan (39) ditemukan tewas pada Selasa (8/7) pagi di dalam kamar indekosnya. Kepalanya terlilit lakban, memicu dugaan adanya kematian tidak wajar.
Ia ditemukan tewas pada pukul 07.30 WIB. Saat itu, Siswanto yang membuka kamarnya setelah mencongkel jendela.
Siswanto mengikuti permintaan dari istri Arya, yang berulang kali menelepon suaminya tapi tak mendapat jawaban.
“Jadi, mungkin istrinya ini sama si penjaga mungkin sudah sempat tukar telepon, jadi makanya langsung bisa teleponan sama ini (penjaga kos),” ujar Kapolsek Menteng Kompol Rezha Rahandhi, Selasa (8/7).
“Dan diminta tolongin, diduga masih tidur, ternyata enggak bangun, enggak ada respons, nah makanya mungkin dibuka paksa,” tambah Rezha.
Jenazah Arya telah divisum dan dimakamkan. Dari hasil visum awal, polisi tak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuhnya. Mereka masih menanti hasil autopsi serta pengecekan histopatologi dan toksikologi.
Selain itu, polisi juga menemukan sisa lakban yang ada di kepala Arya. Di lakban yang melilit kepalanya itu, polisi menemukan sidik jari sang diplomat.