KEMENTERIAN Kebudayaan menyesalkan adanya perusakan pada bangunan-bangunan bersejarah selama aksi demonstrasi sepekan terakhir. Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan museum bukan hanya ruang koleksi benda bersejarah semata, melainkan juga simbol memori kolektif masyarakat."Segala bentuk gangguan dan vandalisme terhadap museum adalah kerugian besar bagi bangsa," kata dia melalui keterangan tertulis pada Senin, 1 September 2025.
Selama demontrasi besar-besaran sepekan kemarin setidaknya ada tiga bangunan cagar budaya dan museum yang rusak. Pertama, Museum Bagawanta Bari, Kediri, Jawa Timur. Bangunan dan sejumlah koleksi di tempat bersejarah ini rusak setelah massa menggeruduk tempat tersebut pada Sabtu malam, 29 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Beberapa koleksi yang hilang antara lain Kepala Ganesha, Koleksi Wastra (kain batik), dan juga buku-buku lama. Selain itu, koleksi miniatur lumbung rusak parah. Beberapa koleksi seperti arca Bodhisatwa, dan bata berinskripsi mantra-mantra telah lebih dulu diselamatkan oleh juru pelihara di Kementerian Kebudayaan.
Bangunan lain yang turut rusak adalah Gedung Grahadi Surabaya. Cagar budaya sekaligus kompleks rumah dinas Gubernur Jawa Timur itu hangus dibakar orang tak dikenal pada Sabtu 30 Agustus 2025 pukul 21.30 WIB. Tidak hanya dibakar, sejumlah harta benda seperti komputer dari ruangan itu juga dibawa sekelompok orang dan dihancurkan.
Terakhir, Kementerian Kebudayaan mencatat kerusakan juga terjadi di Gedung Cagar Budaya Tingkat Kota Bandung. Fadli Zon menyatakan bangunan yang ada Jalan Diponegoro Nomor 20 itu merupakan kompleks hunian pejabat kolonial Belanda yang dibangun sekitar tahun 1920-an.
Ia menuturkan, bangunan dengan gaya arsitektur indische empire yang unik tersebut pernah menjadi rumah dinas Wakil Gubernur Jawa Barat hingga awal tahun 2000-an. Fadli Zon menegaskan keberadaan museum dan cagar budaya merupakan upaya bangsa menjaga identitas, warisan, serta edukasi budaya bagi generasi mendatang. Dia meminta masyarakat berhenti menjadikan dua bangunan itu sebagai obyek kemarahan. "Karena ini merupakan simbol kemajuan peradaban bangsa," tutur Fadli.