Pedagang Daging Sapi di Pasar Makin Sedikit dan Langka, Ini Buktinya

3 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) mengungkapkan jumlah pedagang daging sapi dalam lima tahun terakhir sudah turun drastis, di mana pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab turun drastisnya jumlah pedagang daging sapi di Indonesia.

Ketua Umum APDI Asnawi mengatakan sebelum pandemi Covid-19, jumlah pedagang daging sapi mencapai sekitar 1,25 juta yang tersebar di seluruh pasar tradisional di Indonesia atau 10% dari total pedagang di pasar tradisional seluruh Indonesia yang mencapai 1,25 juta. Namun setelah pandemi, dalam kurun Waktu lima tahun terakhir, menurutnya jumlah pedagang sudah menurun hingga 787.500.

"Dulu sebelum pandemi, itu jumlah pedagang pasar di Indonesia saja ada 12,5 juta, 10% nya ya pedagang daging sapi, ya ada sekitar 1,25 juta lah. Selama 5 tahun terakhir ya sekarang mungkin jadi sekitar 462.500, cukup jauh kan turunnya," kata Asnawi kepada CNBC Indonesia, Selasa (12/8/2025).

Asnawi menambahkan, dari masing-masing pasar, tidak semua pedagang daging sapi aktif setiap harinya. Hanya beberapa pedagang yang lebih memilih untuk membuka tokonya sembari berharap ada penghasilan yang didapat dari berjualan daging sapi.

"Jadi, satu pasar itu paling dia aktif tidak banyak ya, ya sekitar 3-4 orang," tambah Asnawi.

Ia juga membenarkan banyak pedagang daging sapi yang beralih berjualan lainnya, termasuk berjualan daging ayam atau ikan-ikan.

"Iya, menjadi pedagang jenis lain. Artinya kan mereka bukan lagi pedagang daging, ya berbeda jenis dagangannya kan gitu," ujarnya.

Pihaknya membeberkan tiga penyebab pedagang daging sapi lebih memilih hengkang dan kemudian beralih ke berjualan lainnya. Adapun tiga penyebab tersebut yakni pertama, permintaan akan daging sapi menurun drastis akibat daya beli masyarakat yang lemah, sementara pasokan masih melimpah.

Harga Daging sapi di Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025). CNBC Indonesia/Chandra Dwi PranataFoto: Harga Daging sapi di Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025). CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata
Harga Daging sapi di Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025). CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata

"Kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang melandai, dalam hal ini daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah, itu turunnya drastis sekali, dan inilah yang menjadi faktor terjadinya migrasi pedagang daging sapi. Ditambah demandnya rendah, tapi ketersedian stok atau supply-nya melimpah, itu yang menjadi penyebab pedagang hengkang," ungkapnya.

Kedua yakni adanya daya saing antara daging kerbau impor dari India dengan daging sapi lokal, di mana daging sapi kalah dengan daging kerbau impor karena harganya yang lebih terjangkau.

"Yang menyebabkan kedua itu adalah Karena apa? Dari sisi harga itu memang berbanding lurus itu jelas berbeda, daging kerbau impor lebih terjangkau dibandingkan dengan daging sapi," terang Asnawi.

Terakhir yakni banyak pedagang makanan seperti pedagang bakso, warung makan, dan lain-lainnya yang berkaitan dengan sapi, mulai menyesuaikan porsi atau ukurannya.

"Pedagang bakso, warung makan, dan lain-lainnya mulai memikirkan untuk mencampurkan daging lainnya seperti kerbau bahkan ayam (untuk bakso), sehingga hasil olahannya kini tak lagi 100% daging sapi, tapi ada komponen daging lainnya, bisa ayam, bisa kerbau," jelasnya.

Rencana Pemerintah Ini Bisa Jadi Penyelamat Nasib Pedagang Daging Sapi

Asnawi pun buka-bukaan soal rencana pemerintah yang akan memperbesar impor sapi bakalan dibandingkan impor daging sapi. Dia menyambut rencana pemerintah terkait impor sapi bakalan, karena saat ini harga daging sapi nasional masih cukup tinggi. Sehingga diharapkan cara ini dapat meredam harga.

"Terkait rencana pemerintah yang bakal mengimpor sapi bakalan, kami menyambut baik ya. Harapan itu pasti ada, asal tidak disimpangkan gitu. Nah kalau seumpamanya itu menjadi satu peluang, seharusnya pemerintah bisa mengawal dari hulu ke hilir, agar proses pertumbuhan impor sapi bakalan tersebut berjalan efektif, khususnya dari jenis betina produktif," kata Asnawi.

Asnawi menyarankan kepada pemerintah untuk mengawal ini karena dapat meningkatkan pertumbuhan produktivitas sapi bakalan yang rencananya akan diimpor kembali, agar nantinya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi nasional.

"Ini harus dikawal oleh pemerintah. Berapa prosentasi produktivitas pertumbuhan. Karena ini bicara menyangkut konsumsi masyarakat Kebutuhan kita kan untuk konsumsi daging itu 3,5 juta ekor sampai 3,7 juta ekor sapi. Itu untuk setara dengan konsumsi kebutuhan jumlah penduduk sekarang yang mencapai sekitar 280 juta jiwa," ujar Asnawi.

"Kalau kebutuhan hingga 3,5 juta sampai 3,7 juta ekor sapi, artinya produktivitas kita ini per tahun berapa yang bisa untuk masuk ke pasar daging. Nah kalau masuk ke pasar daging hanya 40%, berarti sisanya kita impor. Impor itu ada dua, ada bentuk bakalan sapi yang digemukkan, ada daging sapi dan kerbau," tambah Asnawi.

Ia menambahkan jika nantinya pemerintah benar-benar akan kembali mengimpor sapi sebanyak 500.000 ekor dan dalam bentuk sapi bakalan, maka hal ini akan berdampak pada pedagang daging sapi.

"Nah kalau untuk apa namanya ada kemungkinan besar ada juga di selah 500.000 ekor itu jenis sapi bakalan siap pengemukan. Artinya fattening untuk sapi pedaging. Ini menjadi kabar baik buat para pedagang daging. Tapi balik lagi, berapa yang bisa untuk masuk ke pasar daging," jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas mengumumkan bahwa pemerintah akan mengimpor 500.000 ekor sapi betina dari Brasil. Rencana impor ini telah mendapatkan persetujuan Presiden Prabowo Subianto.

Zulhas pun mendorong agar kuota impor sapi hidup atau sapi bakalan tidak lagi dibatasi. Menurutnya, jika pemerintah serius ingin memperkuat sektor penggemukan sapi di dalam negeri, maka fokus harus diberikan pada impor bakalan, bukan daging beku. Pasalnya, daging beku yang diimpor secara bebas justru bisa mematikan usaha peternak lokal.

"Kan ada pilihannya dua, kalau kita pilih sapi penggemukan maka harus dikendalikan dong impor daging sapi bekunya, kalau nggak yang peternak penggemukannya akan bangkrut," kata Zulhas saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (16/5/2025).

Tahun ini, lanjutnya, pemerintah telah memutuskan menambah kuota impor sapi bakalan sebanyak 184 ribu ekor, dari kuota sebelumnya 350 ribu ekor. Dengan begitu, total kuota tahun 2025 akan mencapai 534 ribu ekor.

Namun, Zulhas menilai jika memang strategi utama pemerintah adalah memperkuat penggemukan sapi di dalam negeri, maka kuota impor untuk sapi hidup sebaiknya tidak perlu dibatasi lagi.

"Jadi kalau memang kita fokusnya bakalan, nanti bakalan kita bebasin aja. Enggak usah dikuota-kuota lagi kan? Kalau daging bekunya enggak diatur ya mati dia. Rugi," ujarnya.


(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Harga CPO Terus Naik, Harga Minyak Goreng Hari Ini Sudah Segini

Read Entire Article