GUBERNUR Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, menginstruksikan seluruh kabupaten/kota memperbanyak pasar murah beras untuk menekan inflasi yang tembus 3,62% (yoy) pada Agustus 2025. Angka itu masuk 10 besar tertinggi nasional.
“Tolitoli mencatat inflasi 5,70%, Morowali 5,69%, dan Banggai 4,66%. Tiga daerah ini harus bergerak cepat karena menjadi penyumbang terbesar inflasi Sulteng,” tegas Anwar di Palu, Senin (8/9).
Anwar menyebut, beras sebagai komoditas utama pemicu inflasi, terutama di tiga daerah tersebut. Oleh karena itu, ia mendorong pasar murah digelar lebih masif hingga ke desa-desa.
“Kita libatkan Bulog, TNI-Polri, kepala desa, dan camat. Semua harus bergerak bersama. Target kita tiga bulan ke depan inflasi turun di bawah 3,5%,” ujarnya.
Anwar juga meminta TPID provinsi dan kabupaten/kota bersinergi agar kebijakan terasa langsung bagi masyarakat.
“Yang dibutuhkan masyarakat adalah tindakan nyata agar harga tetap terkendali,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala KPwBI Sulteng, Muhammad Irfan Sukarna menjelaskan, distribusi beras dari Banggai dan Morowali lebih banyak mengalir ke Gorontalo dan Maluku Utara. Kondisi ini membuat harga beras di Sulteng lebih tinggi dibandingkan daerah tujuan distribusi. Padahal data BPS menunjukkan Sulteng masih surplus beras lebih dari 58 ribu ton hingga Agustus 2025.
“Dengan surplus itu kebutuhan daerah seharusnya aman. Tapi distribusi yang tidak seimbang membuat harga tidak stabil. Pasokan untuk Sulteng harus diprioritaskan sebelum dijual ke provinsi lain,” ungkapnya.
Irfan juga mengingatkan, musim hujan Oktober bisa mengganggu proses pengeringan panen. Ia mendorong peningkatan kapasitas rice milling unit, terutama di Parigi Moutong, agar daerah bisa mengolah produksi secara maksimal.
“Kalau kualitas beras terjaga dan distribusi lancar, harga bisa lebih stabil,” tutupnya. (TB/E-4)