
Pada Maret 2025, BPS merilis data jumlah perjalanan wisatawan Indonesia ke mancanegara sepanjang tahun 2024 melonjak 18,99 persen dibandingkan dengan tahun 2023, menjadi 8,9 juta perjalanan. Data tersebut sejalan dengan sempat viralnya konsep Fear of Missing Out (FOMO) ke destinasi populer. Ke depan trend travelling ke luar negeri bisa jadi terus meningkat, bukan hanya ke destinasi mainstream seperti Eropa ataupun Asia Timur, melainkan juga ke negara destinasi wisata baru, termasuk Uzbekistan.
Potensi tersebut bukan tidak terdeteksi oleh Pemerintah Uzbekistan. Keputusan Presiden Uzbekistan No. PF-87 tanggal 15 Mei 2025 secara spesifik menyebutkan Indonesia sebagai salah satu negara sasaran utama promosi pariwisata negara double-landlocked tersebut. Objek wisata utama yang ditawarkan bagi pelancong asal Indonesia adalah Tashkent, Bukhara, dan Samarkand.

Sejauh ini Uzbekistan relatif berhasil menarik minat wisatawan Indonesia. Pada tahun 2023 jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke negeri berpenduduk 34,5 juta jiwa ini mencapai 4.595 orang. Jumlah tersebut meningkat hampir 2 kali lipat di tahun 2024, menjadi 9.031 orang. Sementara pada kurun waktu Januari – Maret 2025, tercatat 1.896 turis asal Indonesia mengunjungi negeri yang merdeka di tahun 1991 ini.
Kondisi tersebut bukan tanpa sebab. Sejak 2018 Uzbekistan memberikan fasilitas bebas visa untuk kunjungan singkat di bawah 30 hari bagi pemegang paspor RI. Pada 2023, Uzbekistan Airways mengoperasikan kembali penerbangan langsung Tashkent – Jakarta. Jadwal penerbangan langsung ini bahkan sempat ditambah menjadi 2 kali penerbangan per minggu di 2024. Namun terhitung mulai Maret 2025, untuk sementara waktu penerbangan langsung tersebut tidak beroperasi.
Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri Uzbekistan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan Indonesia. Terdapat sejumlah objek wisata religi, seperti makam Imam Al-Bukhari di Samarkand yang direncanakan dibuka kembali untuk umum pada Oktober 2025, ataupun kompleks Hazrati Imam yang menyimpan salah satu Al-Qur’an tertua di dunia. Belum lagi adanya sejumlah peninggalan era jalur sutera di Samarkand, Bukhara maupun Khiva. Di sisi lain Uzbekistan menawarkan obyek wisata modern, seperti Tashkent TV Tower ataupun kompleks Tashkent City. Keragaman desain stasiun metro di Tashkent pun bisa memikat hati para traveller.
Sementara banyak influencer nasional maupun internasional menggaungkan Uzbekistan sebagai destinasi wisata internasional yang ramah di kantong. Betapa tidak, kisaran harga untuk hotel bintang 3 atau 4 sebesar USD 40-60. Budget untuk makanan yang cukup layak sekitar USD 20-40 per porsi. Biaya transportasi dengan menggunakan taksi online rata-rata USD 10 per hari. Adapun biaya tiket objek wisata berkisar USD 10-20. Sangat cocok untuk kaum mendang-mending.

Cukup tingginya animo wisatawan Indonesia untuk bepergian ke Uzbekistan mendapatkan atensi dari KBRI Tashkent. Hal ini utamanya mempertimbangkan adanya perbedaan aturan hukum antar kedua negara. Salah satunya adalah pembatasan importasi dan penggunaan drone di wilayah Uzbekistan. "Sejak masa pandemi setidaknya ada 4 kasus di mana KBRI mendampingi WNI yang diperiksa pihak kepolisian setempat karena membawa drone tanpa izin di Tashkent. Meskipun akhirnya WNI tidak ditahan, namun drone disita oleh polisi," ungkap Maksud Khosimov, staf Protokol Konsuler KBRI Tashkent.
Ketentuan Uzbekistan lain yang perlu mendapat perhatian adalah pembatasan serta pengawasan secara ketat terhadap orang asing yang akan membawa barang antik berusia lebih dari 50 tahun ke luar wilayah Uzbekistan. Hal ini memerlukan izin khusus dari otoritas setempat. "Pernah terjadi turis Indonesia tertahan di bandara akibat membawa telepon antik yang ia beli di pasar antik Broadway. Akhirnya telepon antik itu disita. Ada juga turis kita yang membeli lencana tahun 60-an di Yangiobod. Nasibnya juga sama, barang disita di bandara,” tutur Syahrudin, salah satu staf senior KBRI Tashkent.

Untuk menghindari terulangnya situasi tersebut, pihak KBRI menerbitkan panduan bagi Wisatawan Indonesia serta secara berkala memperbaharui konten mengenai Uzbekistan pada aplikasi Safe Travel Kemlu. Duta Besar RI untuk Uzbekistan, Siti Ruhaini Dzuhayatin menegaskan, “Tugas utama KBRI adalah memastikan keselamatan dan keamanan seluruh WNI yang berkunjung ke Uzbekistan. Hal ini termasuk mengedukasi wisatawan asal Indonesia terkait situasi dan kondisi di Uzbekistan”.
Diharapkan sebelum bepergian ke Uzbekistan, pelancong Indonesia dapat mengakses aplikasi Safe Travel Kemlu ataupun menghubungi KBRI Tashkent melalui email [email protected] jika memerlukan informasi lebih lanjut. Apabila telah memasuki wilayah Uzbekistan, wisatawan Indonesia dihimbau untuk dapat mendaftarkan perjalanannya melalui aplikasi Safe Travel Kemlu dan jika mengalami situasi darurat, dapat menghubungi Hotline KBRI +998 909 648 480.