Muliadi Saleh
Agama | 2025-08-27 22:53:45
NARATOR : MULIADI SALEH
Ayat 1 : بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
NARASI PUITIS :
Di setiap awal, ada nama yang seharusnya hadir lebih dulu dari segalanya. Nama itu bukan sekadar bunyi, bukan sekadar aksara, melainkan kunci yang membuka pintu-pintu sunyi kehidupan. “Bismillah” adalah sebuah getar yang mengalir dari bibir menuju dada, dari dada menuju semesta, dari semesta kembali lagi ke sumber-Nya.
Bayangkan seorang musafir yang berdiri di tepi padang pasir yang luas. Ia membawa bekal seadanya, namun sebelum melangkah ia menunduk dan menyebut nama Allah. Saat itulah angin yang berdebu seolah jinak, matahari yang terik seolah ramah, dan perjalanan yang tampak berat berubah menjadi sebuah pertemuan dengan keabadian. Tanpa nama itu, setiap langkah hanyalah angka dalam hitungan jarak. Dengan nama itu, setiap langkah menjadi doa, setiap peluh menjadi ibadah, setiap perhentian menjadi perjumpaan.
Bismillah adalah jaring halus yang merajut hubungan manusia dengan semesta. Air yang kau minum, roti yang kau makan, senyum yang kau tebar, tangis yang kau tahan—semuanya bermakna bila diselimuti nama itu. Karena dengan nama itu, yang kecil jadi besar, yang fana jadi abadi, yang rapuh jadi kokoh.
Ar-Raḥmān, kasih yang meliputi tanpa batas. Ia seperti hujan yang tak pernah bertanya siapa yang menadah, seperti cahaya matahari yang tak menuntut siapa yang berjemur. Ia kasih yang merata, kasih yang melingkupi seluruh ciptaan, kasih yang membuat dunia tetap berputar meski manusia sering lupa.
Ar-Raḥīm, sayang yang lebih dekat, lebih lembut, lebih rahasia. Ia seperti bisikan di telinga yang hanya didengar jiwa yang rindu. Ia seperti pelukan seorang ibu pada anaknya yang pulang menangis di malam hari. Ia sayang yang mendekap di ruang terdalam, di saat manusia sudah merasa habis dan tak lagi punya daya.
Dan di situlah Bismillah menjadi bekal perjalanan hidup. Hidup yang tanpa bismillah hanyalah angka-angka usia, hari-hari yang habis seperti asap. Hidup yang dengan bismillah adalah perayaan makna—setiap nafas yang kau hirup adalah zikir, setiap gerak yang kau lakukan adalah sujud, setiap diam yang kau simpan adalah tafakur.
REFLEKSI :
Ayat pertama ini menegur kita tentang awal. Kita sering sibuk dengan tujuan, dengan hasil, dengan kesuksesan yang ingin dicapai. Kita ingin sampai di puncak, namun lupa mengawali dengan kesadaran. Lupa bahwa setiap awal adalah sakral, setiap permulaan adalah sebuah perjanjian. “Bismillah” bukan hanya kata pembuka, tapi sebuah kontrak batin antara kita dengan Allah. Kontrak bahwa apa pun yang akan kita jalani bukan sekadar untuk diri, tapi bagian dari kosmos yang lebih besar, bagian dari perjalanan kembali.
Bismillah mengajarkan bahwa segala sesuatu harus kembali ke sumber. Kita makan bukan sekadar untuk kenyang, tapi untuk melanjutkan hidup yang kelak dipersembahkan kembali kepada-Nya. Kita bekerja bukan sekadar mencari nafkah, tapi membangun keberkahan. Kita mencintai bukan sekadar memenuhi hati, tapi mengalirkan rahmat.
Di sini pula kita belajar tentang kesadaran kecil yang sering terlewat. Kita terburu-buru membuka pintu tanpa bismillah, terburu-buru menulis tanpa bismillah, terburu-buru mencintai tanpa bismillah. Akhirnya semua yang kita lakukan terasa kering, kosong, hambar. Padahal dengan satu kata itu, setiap gerak sederhana bisa berubah menjadi ibadah yang harum di hadapan Allah.
Refleksi lebih jauh: “Bismillah” adalah perlawanan terhadap kesombongan manusia modern yang merasa dirinya pusat segalanya. Dunia hari ini dipenuhi orang yang berkata, “Aku bisa, aku mampu, aku berhak.” Namun “Bismillah” adalah pengakuan bahwa kita lemah, kita kecil, kita bergantung. Ia membongkar ego, mengembalikan kita ke posisi yang tepat: seorang hamba.
Maka, bila engkau ingin perjalananmu penuh cahaya, mulailah dengan bismillah. Bila engkau ingin tulisanmu abadi, awali dengan bismillah. Bila engkau ingin cintamu diridhai, bukalah dengan bismillah. Sebab di setiap bismillah ada doa yang tidak pernah ditolak, ada penjagaan yang tidak pernah tidur, ada kasih sayang yang tidak pernah berkurang.
“Bismillah” adalah awal sekaligus arah. Awal untuk setiap langkah, arah untuk setiap perjalanan. Dan pada akhirnya, kita akan menyadari: seluruh hidup hanyalah satu tarikan panjang dari bismillah pertama saat lahir, hingga bismillah terakhir yang kita bisikkan menjelang ajal.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.