
Pasar kendaraan elektrifikasi (xEV) di Amerika Serikat mulai menunjukkan pergeseran yang cukup mencolok. Beberapa tahun belakangan, mobil listrik murni atau Battery Electric Vehicle (BEV) kerap jadi primadona konsumen.
Tetapi laporan terbaru American Automobile Association (AAA) yang disitat Inside EVs, memperlihatkan publik tampaknya mulai menoleh kembali ke teknologi hibrida, terutama jenis HEV (Hybrid Electric Vehicle), yang dianggap lebih praktis dalam penggunaan harian.
Lebih lanjut, minat konsumen AS terhadap mobil listrik murni menyentuh titik terendah sejak 2019. Hanya 16 persen dari 1.128 responden yang menyatakan 'likely' atau 'very likely' akan membeli BEV, angka ini bahkan lebih rendah dibanding data empat tahun lalu.
Sedangkan 63 persen justru menyatakan tidak tertarik sama sekali. Alasan utamanya? Masih seputar tiga hal klasik: harga beli BEV yang tinggi, kecemasan jarak tempuh (terutama saat musim dingin), serta narasi anti-BEV yang kian menguat dalam beberapa kebijakan pemerintah, seperti pemangkasan subsidi dan minimnya pengembangan infrastruktur SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum).

Kekhawatiran lainnya yang tak kalah signifikan adalah biaya penggantian baterai untuk mobil listrik yang dianggap masih mahal dan tidak sebanding dengan value penggunaan jangka panjang. Hal ini menjadi pertimbangan utama bagi pembeli yang ingin kendaraan “long-term keeper” alias berencana memilikinya dalam waktu lama.
Temuan menarik, saat minat terhadap BEV menurun, mobil hibrida, terutama HEV justru makin digemari. Berdasarkan data penjualan kuartal pertama 2025, distribusi mobil hybrid naik hingga 45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Angka ini bahkan melampaui pertumbuhan penjualan BEV yang stagnan, hanya tumbuh 2,7 persen. Jenis hybrid konvensional seperti HEV menjadi pilihan favorit karena tidak perlu repot mengisi daya seperti PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) atau BEV.
Namun sisi unggulan HEV tetap menawarkan efisiensi bahan bakar lebih baik dibandingkan mobil berbahan bakar bensin murni atau Internal Combustion Engine (ICE). Kombinasi efisiensi dan kepraktisan menjadi kunci.
Secara makro, perubahan preferensi ini memberi sinyal bahwa konsumen Amerika Serikat masih menginginkan teknologi ramah lingkungan, tetapi tanpa harus mengorbankan kenyamanan, jangkauan, dan biaya kepemilikan.