Warga Palestina berjuang mendapatkan makanan dan bantuan kemanusiaan di sepanjang koridor Morag dekat Rafah, di selatan Jalur Gaza, Senin, 4 Agustus 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Yedioth Ahronoth mengatakan semua pemimpin Dinas Keamanan Israel menolak rencana pendudukan Jalur Gaza dalam rapat kabinet keamanan pada hari Jumat (8/8/2025).
Sementara Wall Street Journal mengkonfirmasi bahwa rencana tersebut menghadapi beberapa tantangan.
Surat kabar tersebut mengindikasikan bahwa pertemuan Dewan Keamanan berlangsung selama 10 ja dengan perdebatan sengit.
Para pemimpin dinas keamanan menyatakan penolakan mereka terhadap pendudukan Gaza dalam berbagai tingkatan dan menekankan ada pilihan yang lebih cocok untuk mencapai tujuan yang sama.
Pertemuan tersebut menjadi ajang perselisihan antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Kepala Staf Eyal Zamir serta beberapa menteri juga mengkonfrontasi Zamir atas posisinya.
Menurut laporan Israel, Zamir menggambarkan rencana pendudukan Gaza sebagai jebakan strategis. Hal itu akan menguras tenaga tentara selama bertahun-tahun dan membahayakan nyawa para tahanan.
Menurut Yedioth Aharonoth, Ketua Dewan Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi mengatakan foto-foto baru-baru ini dipublikasikan tentang para tahanan Israel yang kurus kering dan kelaparan tidak memungkinkannya untuk mendukung rencana tong kosong.
BACA JUGA: Reaksi Keras Sikapi Pemblokiran Rekening oleh PPATK, Mahfud: Jahat Itu, Terlalu Jahat
"Saya tidak mau melepaskan kesempatan untuk menyelamatkan setidaknya 10 tahanan. Gencatan senjata akan memungkinkan kita untuk mencoba mencapai kesepakatan tentang mereka," kata dia.
The Wall Street Journal mengutip para pejabat Israel yang mengatakan bahwa kekurangan personel merupakan salah satu kendala utama yang dihadapi Israel untuk menguasai Gaza.