Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian pasien kanker paru, terapi harus dijalani tanpa henti sepanjang hidup. Obat yang diberikan bersifat sistemik, sehingga tidak bisa dihentikan selama sel kanker masih aktif. Situasi ini menimbulkan beban mental sekaligus finansial yang besar bagi pasien,
Patricia Susanna, salah satu pasien kanker paru menuturkan dirinya harus minum obat setiap hari tanpa tahu kapan bisa berhenti. Ia bahkan sempat membandingkan dengan sistem di Malaysia yang memberi keringanan biaya bagi pengobatan pasien kanker. Kata Susan, di Malaysia pasien hanya perlu membayar sejumlah siklus terapi lalu sisanya gratis.
“Kalau di sini, kita minum obat terus seumur hidup. Rasanya berat sekali memikirkan biayanya,” kata wanita karib disapa Susan pada Rabu, 27 Agustus 2025 di Jakarta.
Selain beban biaya, Susan juga dihantui ketakutan akan resistensi obat. Bila tubuh tidak lagi merespons terapi, pilihan obat lain bisa menjadi sangat terbatas.
“Dokter bilang, bersyukurlah kalau obat ini bisa dipakai seumur hidup, jangan sampai resisten. Kalau resisten, bingung harus pakai obat apa lagi,” tambahnya.
Tantangan berat yang dihadapi pasien kanker membuat Susan berharap pemerintah memberikan dukungan lebih besar agar terapi inovatif bisa dijangkau dengan lebih mudah.