
Kecerdasan buatan atau akal imititasi (AI) yang semakin canggih bak pisau bermata dua. Bisa meningkatkan kinerja manusia, tapi tak jarang menjadi sarana hoaks.
Di Arab Saudi, belum lama ini pemimpin imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Syeikh Abdurrahman As-Sudais menjadi "korban" AI. Khotbahnya di Masjidil Haram tentang Palestina dimanipulasi dengan AI sehingga bermakna lain. Video hoaks itu lantas disebarkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
Penyalahgunaan AI ini akan menjadi tema khotbah salat Jumat pada 25 Juli mendatang di masjid-masjid di seantero Arab Saudi.
Perintah khotbah bertema AI itu datang dari Menteri Urusan Islam, Dakwah, dan Bimbingan Arab Saudi, Dr. Abdul Latif bin Abdul Aziz Al-Syaikh.

Kementerian yang dipimpin Abdul Latif ini membawahi semua masjid di Arab Saudi kecuali Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Dalam pernyataan tertulisnya pada Selasa (22/7), Menteri Abdul Latif mengarahkan kepada seluruh khatib masjid membahas tentang syukur atas nikmat-nikmat Allah yang telah Dia tundukkan bagi hamba-hamba-Nya, termasuk di antaranya adalah teknologi AI. Peringatan agar tidak menyalahgunakannya juga perlu ditekankan.

Materi yang disampaikan dalam khotbah tersebut didasarkan pada kita suci Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad Saw.
Berikut poin-poinnya:
1. Menunjukkan nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya berupa pengajaran terhadap apa yang sebelumnya mereka tidak ketahui, serta penundukan segala yang ada di langit dan bumi untuk dimanfaatkan dalam hal-hal yang bermanfaat bagi mereka.
Termasuk dalam hal ini adalah teknologi kecerdasan buatan yang memberi banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, dari-Nya” (QS. Al-Jatsiyah: 13).
Maka bentuk syukur terhadap nikmat ini adalah dengan menggunakannya dalam hal yang bermanfaat.
2. Peringatan dari menggunakan teknologi kecerdasan buatan dan media sosial dalam perkara-perkara yang diharamkan syariat dan dilarang, seperti:
Berbohong,
Fitnah,
Tuduhan palsu,
Pemalsuan gambar, suara, dan video,
Pemalsuan identitas.
Tujuan dari perbuatan tersebut adalah memutarbalikkan fakta, menyebarkan informasi menyesatkan, mencemarkan nama baik, merusak kehormatan, menyakiti orang-orang yang tidak bersalah, hingga merekayasa fatwa palsu atas nama para ulama.
Ditekankan pula agar umat mengingat firman Allah Ta’ala:
“Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18)
3. Menjelaskan tanggung jawab seorang muslim untuk tabayyun (klarifikasi) dan memastikan kebenaran informasi sebelum menyebarkannya. Jangan mudah terbawa arus dan mempercayai segala yang tersebar di media modern.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Cukuplah seseorang dianggap berdusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar.” (HR. Muslim)
4. Peringatan terhadap dampak buruk dari menyebarkan kebohongan dan fitnah terhadap masyarakat dan individu.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa berkata tentang seorang mukmin sesuatu yang tidak ada padanya, maka Allah akan menempatkannya di dalam ‘radghatul khabal’ (nanah penghuni neraka) sampai ia keluar dari apa yang ia katakan.” (HR. Abu Dawud dan lainnya)