Ibnu Haitham (ilustrasi).
REPUBLIKA.CO.ID, Pada era keemasan Islam, Abu Ali al‑Hasan ibnu al‑Haitham, yang dikenal di Barat sebagai Alhazen, mengubah paradigma ilmu pengetahuan. Ia dikenal sebagai sosok yang menyatukan matematika, fisika, dan eksperimen nyata. Ia mewujudkan metode empiris sejak abad ke‑11.
Dalam penjelasan Kitab al-Manazir (buku optik) yang diunggah aramcoworld, Ibnu Haitham mendemonstrasikan secara sistematis prinsip camera obscura, sebuah ruangan gelap dengan lubang kecil yang memproyeksikan citra dunia luar secara terbalik. Observasi ini menjadi fondasi bagi pengembangan kamera dan teori visi modern.
Ia juga membuktikan cahaya bergerak melalui garis lurus dengan mengamati lilin yang melewati jendela ke dinding gelap, menyimpulkan teknik dasar optik dan persepsi visual.
Ibnu Haitham mengembangkan metode ilmiah yang terdiri dari observasi sistematis, identifikasi masalah, hipotesis matematis, eksperimen langsung, analisis hasil, serta kesimpulan dan publikasi hasil.
Proses ini mirip sekali dengan metode ilmiah modern, dan mendahului Roger Bacon dan ilmuwan Eropa lainnya hingga ratusan tahun.
Keyakinannya hanya melalui eliminasi pendapat pribadi dan bukti empiris manusia bisa mencapai kebenaran membuatnya dikenal sebagai sosok skeptis dan religius sekaligus, menganggap bahwa hanya Tuhan yang sempurna, sehingga manusia harus bergantung pada data, bukan asumsi.