REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof. Muhammad Sholahuddin, SE, M.Si., Ph.D., CSBA (Guru besar bidang Kewirausahaan Syariah di Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Kerusuhan sosial yang terjadi pada Agustus 2025 memberikan dampak ekonomi yang luar biasa, dengan kerugian yang diperkirakan mencapai hampir Rp 900 miliar. Kejadian ini mengingatkan kita akan kerentanannya sistem perekonomian Indonesia, khususnya bagi sektor yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional, yaitu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tidak hanya infrastruktur yang rusak, tetapi juga jaringan distribusi yang terganggu, sehingga UMKM yang sudah berjuang dalam ketidakpastian ekonomi kini terancam tidak bisa bertahan.
Menurut laporan dari Kementerian Pekerjaan Umum (2025), estimasi kerugian akibat kerusuhan ini mencakup kerusakan infrastruktur seperti gedung-gedung pemerintahan, gerbang tol, dan fasilitas umum lainnya di berbagai daerah. Lebih lanjut, kerusuhan ini juga berdampak pada distribusi barang dan jasa, yang menyebabkan penurunan tajam dalam omzet UMKM (Hanggodo, 2025).
Dalam kondisi tersebut, sektor UMKM menghadapi penurunan omzet hingga 90 persen akibat gangguan distribusi, terhentinya pengiriman barang, dan berkurangnya jumlah pelanggan. Data dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jakarta mengungkapkan bahwa akibat kerusuhan ini, UMKM menghadapi penurunan tajam dalam transaksi, baik offline maupun online. Akibatnya, stabilitas ekonomi Indonesia juga terganggu, tercermin dari melemahnya nilai tukar rupiah hingga Rp 16.495 per dolar AS dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 2,3 persen (Kadin Jakarta, 2025).
Menurut studi oleh Suryanto (2023), krisis sosial-ekonomi dapat memperburuk ketahanan ekonomi negara, terutama jika sektor-sektor vital seperti UMKM tidak mendapatkan dukungan yang cukup untuk pemulihannya.
Namun, di tengah kehancuran ini terdapat peluang untuk mendorong ketahanan UMKM melalui pendekatan yang lebih terstruktur dan berbasis teori pemulihan ekonomi. Salah satunya adalah pendekatan pentahelix, yang melibatkan kolaborasi antara lima elemen utama: pemerintah, masyarakat, akademisi, bisnis, dan media. Kolaborasi ini diharapkan mampu mempercepat pemulihan UMKM yang terdampak kerusuhan, serta memulihkan stabilitas ekonomi dengan cara yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan.
Pendekatan pentahelix berfokus pada sinergi antar stakeholder untuk mengatasi krisis, yang sejalan dengan teori sistem sosial-ekologis yang menekankan pentingnya kerjasama antar berbagai sektor dalam menghadapi tantangan besar (Berkes & Folke, 2021).
Sinergi dalam Pemulihan UMKM
Menurut teori sistem, sebuah sistem yang terintegrasi dengan berbagai elemen memiliki ketahanan lebih baik dalam menghadapi krisis (Holling, 2020). Dalam konteks pemulihan UMKM, setiap elemen pentahelix memiliki peran yang tak tergantikan untuk mempercepat proses pemulihan UMKM pasca-kerusuhan.
Penelitian oleh Berkes dan Folke (2021) menegaskan bahwa pemulihan ekonomi yang sukses sering kali terjadi ketika berbagai elemen masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta bekerja sama untuk menciptakan solusi berbasis pengetahuan bersama.
Pertama, Pemerintah: Kebijakan Mikro yang Tepat Sasaran
Pemerintah berperan utama dalam merumuskan kebijakan mikro yang tepat sasaran untuk mendukung UMKM. Menurut teori kebijakan fiskal (Musgrave & Musgrave, 2022), intervensi fiskal yang terarah seperti pemberian subsidi dan insentif fiskal yang spesifik kepada UMKM sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan bisnis mereka.
Misalnya, melalui program Gerakan Pangan Murah (GPM) di Solo yang memberikan intervensi harga pangan untuk membantu UMKM yang terdampak kerusuhan. Dalam kebijakan fiskal tersebut, pemerintah tidak hanya memberi bantuan langsung, tetapi juga mengembangkan kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan sektor-sektor tertentu yang terdampak krisis (Raharjo & Husna, 2021).
Kedua, Masyarakat: Solidaritas Ekonomi yang Lebih Kuat
Gerakan masyarakat yang muncul secara spontan, seperti #WargaBantuWarga, merupakan contoh nyata bagaimana solidaritas sosial dapat memperkuat ketahanan ekonomi dalam situasi krisis. Menurut teori solidaritas ekonomi (Giddens, 2020), dalam menghadapi ketidakpastian, masyarakat yang memiliki ikatan sosial yang kuat dapat saling membantu dan mendukung, seperti membeli produk UMKM lokal untuk menjaga roda ekonomi tetap berjalan. Dalam konteks ini, teori solidaritas berfungsi untuk memperkuat kerjasama antara individu, kelompok, dan sektor ekonomi dalam menghadapi krisis bersama.
Ketiga, Akademisi: Penelitian dan Inovasi Berkelanjutan
Akademisi memainkan peran penting dalam memberikan solusi berbasis riset yang akurat. Dalam teori inovasi, terutama yang dikembangkan oleh Schumpeter (2021), inovasi teknologi dan model bisnis baru menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi. Akademisi dapat berperan dalam menganalisis dampak sosial-ekonomi kerusuhan terhadap UMKM dan mengembangkan solusi berbasis data yang relevan, seperti teknologi digital dan model bisnis syariah yang lebih inklusif. Dalam hal ini, penelitian berbasis data dan analisis trend menjadi dasar penting bagi penetapan kebijakan yang efektif dalam pemulihan UMKM (Dosi et al., 2022).
Keempat, Bisnis: Kolaborasi Antara Sektor Swasta dan UMKM
Kolaborasi sektor swasta dengan UMKM sangat krusial dalam mengembalikan kapasitas produksi dan distribusi. Perusahaan besar dapat membantu UMKM dengan menyediakan platform digital, meningkatkan kapasitas produksi, dan membuka pasar baru. Dalam teori kolaborasi bisnis, model kolaborasi win-win solution akan menghasilkan sinergi yang saling menguntungkan, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi risiko ketergantungan yang berlebihan pada satu sektor (Porter, 2021). Menurut teori ekonomi jaringan (Granovetter, 2020), kolaborasi antar sektor ini dapat mempercepat proses pemulihan dengan memperkuat hubungan ekonomi antar pelaku usaha.
Kelima, Media: Penyebaran Informasi dan Edukasi
Media memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi yang menenangkan dan edukasi kepada UMKM. Teori komunikasi massa (McQuail, 2023) menunjukkan bahwa media dapat menjadi agen perubahan yang efektif, terutama dalam memberikan informasi mengenai cara-cara mengelola krisis dan bertahan dalam situasi yang penuh tantangan. Peran media dalam mengurangi kecemasan masyarakat dan mengedukasi UMKM tentang strategi bertahan dalam krisis sangat penting untuk memulihkan kepercayaan diri mereka.
Solusi Inovatif Berbasis Bisnis Syariah
Salah satu solusi inovatif yang dapat memperkuat ketahanan UMKM adalah melalui penerapan crowdfunding berbasis syariah tanpa bunga. Dalam prinsip syariah, crowdfunding tanpa bunga sesuai dengan nilai solidaritas dan saling membantu antar individu. Model crowdfunding ini memungkinkan masyarakat atau konsumen untuk turut mendanai UMKM yang mereka dukung tanpa adanya beban bunga, sesuai dengan prinsip keadilan ekonomi yang dianut dalam ekonomi syariah (Ismail, 2021). Menurut teori ekonomi syariah (Chapra, 2022), model ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial, tetapi juga memberikan dampak sosial yang positif bagi masyarakat.
Selain itu, pelatihan online dan program mentorship yang berfokus pada adaptasi digital dan model bisnis berkelanjutan juga menjadi langkah strategis untuk memberdayakan UMKM dalam jangka panjang. Dengan pemanfaatan teknologi digital dan model bisnis syariah yang berbasis bagi hasil, UMKM bisa lebih inklusif dalam mendapatkan dukungan finansial dan memperluas pasar mereka. Sebuah studi oleh Awan (2023) menyebutkan bahwa pelatihan berbasis teknologi dapat membantu UMKM bertahan dalam situasi krisis, serta mengarah pada pengembangan yang lebih berkelanjutan.
Sistem keamanan ekonomi berbasis komunitas, yang melibatkan masyarakat dalam pengawasan keamanan ekonomi, akan mengurangi kerugian dari kerusuhan dan penjarahan. Program-program berbasis komunitas ini dapat memastikan bahwa UMKM tetap beroperasi dalam kondisi yang aman dan terhindar dari gangguan eksternal yang dapat merusak kestabilan usaha mereka. Menurut teori resiliensi komunitas (Norris et al., 2021), pengawasan dan perlindungan berbasis komunitas dapat memperkuat ketahanan ekonomi lokal dengan meningkatkan kepercayaan dan solidaritas antar individu.
Walhasil, pemulihan UMKM pasca-kerusuhan memerlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi dengan melibatkan peran pemerintah, masyarakat, akademisi, bisnis, dan media. Penerapan solusi berbasis teknologi digital, model bisnis syariah, dan kerjasama sektor swasta dengan UMKM akan meningkatkan ketahanan sektor UMKM dalam menghadapi krisis. Dalam jangka panjang, dengan dukungan pentahelix yang kuat, kita dapat memastikan bahwa UMKM tetap menjadi pilar utama dalam perekonomian Indonesia, menjaga stabilitas ekonomi nasional, dan menciptakan ekonomi yang berkeadilan.