Lampung Geh, Lampung Selatan – Sepanjang Januari hingga awal September 2025, Pulau Sebesi dan kawasan perairan Anak Gunung Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan mencatat lonjakan kunjungan wisata yang signifikan.
Berdasarkan data lapangan, lebih dari 3.000 wisatawan tercatat menikmati destinasi bahari yang menjadi jalur utama menuju Gunung Anak Krakatau.
Selain wisatawan lokal dari Lampung, sebagian besar pengunjung Pulau Sebesi juga datang dari Jakarta dan Palembang, bahkan ada yang berasal dari mancanegara.
Koordinator Lapangan Guide Lokal Pulau Sebesi, Ridwan (30) menyebut, jumlah tersebut didominasi oleh kunjungan pada momen libur panjang.
“Kalau dihitung sepanjang tahun ini sudah lebih dari 3.000 orang. Long weekend di bulan Mei saja ada dua kali, masing-masing 600 peserta, jadi total 1.200 hanya dari dua kali trip, belum yang trip mingguan,” ungkapnya.
Open trip Pulau Sebesi umumnya berlangsung selama dua hari satu malam. Hari pertama peserta diajak snorkeling di Pulau Sebuku Kecil dan Sebuku Besar, serta menjelajah Pulau Umang-umang dengan latar Gunung Sebesi.
Hari kedua dilanjutkan dengan perjalanan ke Gunung Anak Krakatau.
Paket perjalanan dibanderol Rp700 ribu per orang untuk meeting point Jakarta, sudah termasuk tiket kapal ferry pulang pergi Merak–Bakauheni, transportasi lokal, sewa kapal, pemandu, konsumsi empat kali, air mineral, dan dokumentasi drone selama trip.
Untuk titik keberangkatan dari Bandar Lampung dikenakan Rp650 ribu per orang, sementara dari Dermaga Canti Rp450 ribu per orang.
Ridwan mengantakan, lonjakan wisata Pulau Sebesi mulai meningkat sejak 2021 setelah Covid-19 dan semakin ramai pada 2024.
“Dulu hanya sekali trip dalam sebulan dengan 10–15 orang peserta, terus kemudian 2024 mulai meningkat 50-100 peserta dengan 2 kapal. Sekarang, sejak setelah Lebaran 2025, kami rutin buka trip seminggu sekali. Bahkan di momen libur panjang bisa penuh sampai 600 orang dalam sekali keberangkatan,” jelasnya.
Dampak positif lonjakan wisatawan terasa langsung pada ekonomi masyarakat sekitar, mulai dari warung di Dermaga Canti, jasa parkir kendaraan, angkutan umum, hingga warga yang menyediakan penginapan.
“Alhamdulillah sekarang bukan hanya kami sebagai penyedia trip yang dapat keuntungan. Warga di Canti, penjual makanan, penginapan, sampai warung di Pulau Sebesi ikut merasakan manfaatnya,” kata Ridwan.
Meski demikian, ia menilai perlunya perbaikan fasilitas untuk menunjang pariwisata ke depan.
Penginapan milik pemerintah daerah menurutnya sudah saatnya direnovasi, sementara homestay baru yang dekat pantai masih minim.
Selain itu, ia berharap pemuda setempat bisa menghadirkan atraksi budaya maupun produk khas sebagai oleh-oleh wisatawan.