Joko Susanto
Agama | 2025-08-28 21:18:19
Kita sering mendengar dan familiar dengan nama Abu Sa'id Al Khudri ra. Tetapi mungkin masih banyak lagi yang belum mengenalnya lebih dekat sebagaimana para sahabat Nabi yang lain. Karenanya, mari kita nikmati cuplikan sebuah karya ini.
Buku The Untold Stories terbitan Gema Insani Depok.(Koleksi pribadi)
Dr. Hamid az-Zaini, imam dan khatib serta penasihat di Kementerian Wakaf Qatar menulis buku yang diterjemahkan sebagai 'The Untold Stories-Kisah Sahabat Nabi yang Jarang Diketahui."(2025). Buku tentang kisah-kisah inspiratif para sahabat Nabi ini diterbitkan Gema Insani Depok.
Abu Sa'id Al-Khudri adalah seorang sahabat Nabi Muhammad saw yang berpengaruh besar terhadap perkembangan keilmuan Islam sehingga warisan ilmunya menyebar di berbagai khutbah Jum'at, pelajaran agama, buku-buku Islam, dan pengajian. Tetapi masih banyak yang belum mengenal kisah hidup dan keutamaan sahabat Nabi ini.
Al-Khudri adalah penisbahan kepada sebuah kabilah dari suku Khazraj yang disebut Bani Khudrah.
Abu Sa'id lahir di Yatsrib sekitar tiga tahun sebelum kenabian. Bersama ayah ibunya, dia memeluk Islam di tangan Mush'ab bin Umair sebelum Rasulullah berhijrah ke Madinah. Usianya saat itu baru sekitar delapan tahun. Ketika Rasulullah hijrah, Abu Sa'id Al Khudri berusia sepuluh tahun. Bersama anak-anak lain dari kalangan Anshar, dia turut menyambut kedatangan Rasulullah, sebuah pemandangan penuh pesona yang tak pernah dilupakan dalam hidupnya.
Dia pun berbaiat kepada Nabi. Dia akhirnya sering bersama Nabi, menyerah ilmu dan belajar akhlak dari sang Nabi. Di usianya yang masih belia, Abu Sa'id telah mencapai derajat keilmuan yang tinggi, sampai sampai dikatakan, "Tidak ada seorang pun dari sahabat muda Rasulullah yang lebih faqih daripada Abu Sa'id Al Khudri Ra."
Perang Bani Musthaliq adalah pertempuran pertama yang diikuti Abu Sa'id bersama Rasulullah. Dia pun ikut baiat Ridwan di Hudaibiyah dan merupakan salah satu orang yang berbaiat di bawah pohon yang mendapat kabar gembira dari Allah SWT seperti dalam surat al-Fath ayat 18.
Waktu terus berlalu. Abu Sa'id menikah dengan seorang kaum Anshar bernama Zainab binti Ka'ab bin Ujrah. Dari pernikahan itu lahirlah Sa'id yang kemudian menjadi nama kuniyahnya, seta beberapa putra lainnya.
Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri, ia bertutur: “Rasulullah pernah mengutus kami dalam sebuah ekspedisi. Ketika tiba di sebuah perkampungan, kami meminta penduduknya untuk menjamu kami, akan tetapi, penduduk dusun itu menolaknya. Tidak lama kemudian, pemimpin kaum tersebut disengat hewan berbisa. Penduduk kampung segera berusaha mengobatinya, namun upaya mereka tidak membuahkan hasil. Sebagian mereka menyarankan: ”Cobalah kalian datangi rombongan yang datang tadi. Mungkin saja diantara mereka ada yang memiliki sesuatu untuk mengobatinya.”
Penduduk kampung pun mendatangi kami dan berkata: “Wahai para pengembara, pemimpin kaum kami disengat binatang berbisa. Kami telah melakukan segala macam upaya untuk menyembuhkannya namun tidak kunjung berhasil. Apa di antara kalian ada yang mempunyai satu cara untuk menyembuhkannya?”
Abu Sa'id menjawab: “Benar. Demi Allah, aku bisa meruqyah. Tetapi, demi Allah, kalian pernah menolak untuk menjamu kami tatkala kami memintanya. Oleh karena itu, aku tidak mau meruqyah kecuali apabila kalian bersedia memberikan imbalan.”
Akhirnya, mereka sepakat untuk memberi sejumlah tiga puluh ekor kambing sebagai bayaran. Abu Sa'id bergegas pergi ke tempat kepala kampung lalu mengusapnya seraya membaca al-Fatihah berulang- ulang, lalu kepala kampung itu seakan-akan terbebas dari ikatan, dia pun bangkit dan berjalan tanpa merasakan sakit lagi.
Penduduk kampung itu pun menepati upah yang mereka janjikan. Kami pun mengambil kambing kambing sesuai dengan perjanjian. Kami tidak akan memakannya sampai mendatangi Rasulullah untuk menanyakan hal itu."
Setelah itu, kami mendatangi Rasulullah dan menceritakan kisah tadi. Rasulullah tertawa lalu bersabda: “Bagaimana engkau mengetahui bahwa Al-Fatihah dapat dipakai untuk meruqyah?” Aku menjawab: "Wahai Rasulullah, aku tidak tahu. Namun Allah SWT mengilhamkan sesuatu itu ke dalam hatiku."
Beliau melanjutkan: “Kalian telah melakukan hal yang benar. Makanlah kambing-kambing tersebut dan sisihkan sebagian untukku."
Jika Abu Sa'id pulang dari sebuah ekspedisi, tempat yang pertama kali selalu dia datangi adalah masjid untuk mempelajari hadits yang mungkin terlewat selama dia pergi. Tak heran dia meriwayatkan banyak hadits.
Abu Sa'id al-Khudri menyampaikan sebuah pesan kepada kita bahwa "Tidaklah sekelompok orang duduk di suatu majelis tanpa bershalawat kepada nabi Muhammad Saw kecuali hal itu akan menjadi penyesalan bagi mereka meskipun mereka masuk surga." (Diriwayatkan oleh an-Nasa'i).
Ketika Rasulullah sudah wafat, Abu Musa al-Asy'ari pernah mempraktikkan hadits tentang salam maksimal tiga kali ketika bertamu. Kali itu bertamu ke rumah Umar bin Khattab Ra. Tetapi Umar belum pernah tahu ada hadits yang berbunyi, "Jika salah seorang dari kalian meminta izin tiga kali dan tidak diizinkan, maka hendaklah ia pergi." Umar meminta Abu Musa Al Asy'ari untuk mendatangkan saksi terkait hadits tersebut. Akhirnya saksi tersebut adalah Abu Sa'id al-Khudri yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad memang pernah bersabda demikian. Umar pun akhirnya mengakuinya.
Abu Sa'id Al Khudri selalu menyambut para penuntut ilmu di Madinah dan memperlakukannya dengan baik seraya berucap, "Selamat datang, wahai orang yang menjadi wasiat Rasulullah."Kepada para muridnya, Abu Sa'id dikenal lembut, ramah, dan rendah hati.
Setelah menjalani hidup yang cukup panjang sebagai hamba yang taat, ulama sekaligus mujahid, Abu Sa'id wafat pada hari Jumat dan dimakamkan di Baqi' Madinah.
Namanya selalu dikenang dalam periwayatan hadits sebagai sang perawi dan ahli hadits dari Madinah. Kontribusinya sungguh tiada tara.
(Kost Slipi Palmerah, Malam Jumat, 28 Agustus 2025)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.