
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogya mencatat kasus leptospirosis menyebar merata hampir merata di seluruh kemantren atau kecamatan di Kota Yogya. Per Kamis (10/7), kasus leptospirosis telah ditemukan di 11 dari 14 kemantren di Kota Yoogya.
Hal ini disampaikan Dinkes Kota Yogya dalam jumpa pers di Kantor Diskominfosan, Kamis (10/7).
Jetis dan Tegalrejo mencatatkan kasus terbanyak dengan tiga kasus di tiap kemantren. Kotagede, Gedongtengen, Pakualaman, dan Ngampilan menyusul dengan masing-masing dua kasus.
Lima wilayah lain yakni Wirobrajan, Umbulharjo, Mergangsan, Gondokusuman, dan Mantrijeron melaporkan masing-masing satu kasus. Adapun tiga kemantren yang belum mencatat kasus yaitu Kraton, Danurejan, dan Gondomanan.
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes, Lana Unwanah, menyebut sebaran kasus tahun ini berbeda dengan tahun lalu, dengan cakupan wilayah yang lebih luas.
“Enggak hanya di satu atau dua lokus tertentu, tapi ini relatif tersebar di seluruh wilayah kemantren di Kota Yogyakarta. Artinya, memang kita semua warga Jogja ini harus waspada,” ungkapnya.
Dari 19 pasien leptospirosis di Kota Yogyakarta, enam di antaranya meninggal dunia. Menurut Lana, banyak pasien datang dalam kondisi berat karena mengira gejala awal hanya flu atau pegal-pegal biasa.
“(Khusus kasus meninggal) memang beberapa terlambat mengakses layanan kesehatan. Ada yang baru ke rumah sakit setelah sakit lebih dari seminggu,” jelasnya, merujuk salah satu kasus di Jetis.
Merespons peningkatan kasus leptospirosis, Dinkes dan Pemkot Yogyakarta telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Kewaspadaan. Strategi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga mulai disusun untuk mencegah lonjakan kasus pada semester kedua 2025.