Suasana di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (1/9), tampak berbeda dari biasanya. Kantor Pusat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dijaga ketat oleh personel TNI. Mereka mengenakan baret jingga, berdiri berdampingan dengan satpam Kemenkeu di depan gerbang utama Gedung Juanda I.
Tidak hanya di pintu gerbang, pengawasan juga diperketat di seluruh akses masuk kawasan Kemenkeu. Setiap lalu lintas orang yang hendak masuk dipantau lebih cermat dibandingkan hari-hari biasa.
Pengetatan serupa berlangsung di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian yang berada tepat di sebelah gedung pusat Kemenkeu. Hanya satu pintu masuk yang dibuka, yaitu gerbang utama yang langsung menghadap Lapangan Banteng.
Sebelumnya, rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani dijarah massa anarkis pada Minggu (31/8) dini hari. Banyak barang-barang digondol. Menurut informasi yang dihimpun dari warga sekitar, massa datang ke Srimul berbondong-bondong pada Sabtu (30/8) pukul 23.00 WIB.
Menanggapi peristiwa itu, Sri Mulyani menyampaikan pesan panjang melalui unggahan di akun Instagram @smindrawati pada Senin (1/9). Ia menyatakan apresiasinya kepada semua pihak yang telah memberi dukungan moral di tengah musibah yang menimpanya.
“Terima kasih atas simpati, doa, kata-kata bijak, dan dukungan moral semua pihak dalam menghadapi musibah ini,” tulisnya.
Sri Mulyani menegaskan bahwa perjuangan membangun bangsa tidaklah mudah. Ia menekankan bahwa politik seharusnya dijalankan dengan nilai luhur, bukan dengan tindakan anarkis.
“Saya memahami membangun Indonesia adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah, terjal, dan sering berbahaya. Para pendahulu kita, telah melalui itu. Politik adalah perjuangan bersama untuk tujuan mulia kolektif bangsa, tetap dengan etika dan moralitas yang luhur,” ungkapnya.