Kanselir Jerman Friedrich Merz pada Minggu (31/8) meramalkan perang Ukraina masih akan berlangsung lama. Komentar Merz disampaikan usai pemimpin dunia berupaya membantu agar gencatan senjata segera terwujud di Ukraina.
Upaya tersebut termasuk pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada pertengahan Agustus 2025. Pertemuan itu khusus membahas perang di Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022.
Beberapa hari sesudahnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersama pemimpin Eropa termasuk pula Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Merz, hingga Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menemui Trump di Gedung Putih. Bahasannya sama, yaitu mengupayakan gencatan senjata Ukraina.
Saat diwawancarai media Jerman, ZDF, Merz menekankan mengakhiri perang dalam waktu dekat dengan mengorbankan Ukraina bukan opsi.
"Kami berusaha untuk mengakhirinya secepat mungkin. Tetapi tentu saja tidak dengan mengorbankan kapitulasi Ukraina. Anda bisa mengakhiri perang besok jika Ukraina menyerah dan kehilangan kemerdekaannya," kata Merz seperti dikutip dari Associated Press.
Merz lalu mengakui bahwa meski berharap gencatan senjata Ukraina terwujud tahun ini, dirinya tak punya bayangan bagaimana itu terwujud.
Saat bersamaan Merz memastikan prioritas utama Jerman adalah mendukung Ukraina pada perang melawan Rusia. Bahkan, kata Merz, itu adalah prioritas mutlak Jerman.
“Esok lusa akan ada negara yang berada dalam risiko. Dan sehari sesudahnya negara itu adalah kami. Dan ini bukan sebuah opsi,” ucap Merz.
Sejak pertama perang Ukraina pecah, Jerman adalah pendukung utama Kiev. Mereka menggelontorkan dana sebesar 40 miliar Euro demi mendukung Ukraina.