Ilustrasi sukuk/obligasi. Pemerintah Indonesia menerbitkan Kangaroo Bond perdana senilai 800 juta dolar Australia melalui program Australian Medium-Term Notes (AMTN).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah Indonesia menerbitkan Kangaroo Bond perdana senilai 800 juta dolar Australia melalui program Australian Medium-Term Notes (AMTN). Transaksi dilakukan pada 7 Agustus 2025 dan disetujui 14 Agustus 2025.
Seri 5 tahun bernilai 500 juta dolar Australia dengan kupon 4,40 persen, sedangkan seri 10 tahun senilai 300 juta dolar Australia dengan kupon 5,30 persen. Total orderbook mencapai hampir 8 miliar dolar Australia, menunjukkan minat investor global yang sangat tinggi.
Distribusi investor terbesar dari Asia, 43 persen pada seri 5 tahun dan 53 persen pada seri 10 tahun. Asset manager mendominasi 35–42,3 persen dari total investor.
Obligasi mendapat peringkat Baa2 oleh Moody’s, BBB oleh Standard & Poor’s, dan BBB oleh Fitch. ANZ, Standard Chartered Bank, dan UBS Bank menjadi Joint Lead Managers transaksi ini. Senior Economist DBS Bank–Eurozone, India, Indonesia, Radhika Rao menyoroti, permintaan yang kuat pada lelang utang pekan ini menunjukkan momentum positif di pasar obligasi pemerintah Indonesia.
“Meski imbal hasil obligasi acuan 10 tahun menurun bulan ini, tenor pendek mendapat keuntungan lebih karena ekspektasi BI yang dovish, masuknya aliran dolar, dan melemahnya dolar AS,” ujar Radhika dikutip Senin (18/8/2025).
Radhika menambahkan, penerbitan Kangaroo Bond ini juga membantu pemerintah mendiversifikasi sumber pendanaan. Obligasi ini sangat oversubscribed, menarik hampir 8 miliar dolar AS dalam pemesanan dan membuat harga menjadi lebih ketat 25–30 bps dari panduan awal.
Radhika menegaskan, Kangaroo Bond menjadi bukti kuatnya permintaan global terhadap surat utang Indonesia. Penerbitan ini juga menunjukkan momentum positif pasar obligasi domestik yang bisa dimanfaatkan pemerintah untuk strategi pembiayaan APBN 2025.