
Kisah tragis dialami oleh leluhur manusia yang hidup di Afrika Timur sekitar 1,8 juta tahun lalu. Hidup mereka berakhir dengan cara mengerikan, yakni diterkam buaya dan dimakan oleh mangsa mirip macan tutul.
Kedua individu ini adalah Homo habilis, salah satu spesies awal dalam garis evolusi manusia, yang menjadi bagian dari genus yang sama dengan kita, Homo. Mereka muncul di Afrika Timur sekitar 2,4 juta tahun lalu dan punah sekitar 1,65 juta tahun yang lalu.
Nama mereka sendiri, Homo habilis, berasal dari bahasa Latin yang berarti cerdas, terampil, dan kuat. Spesies ini penting dalam silsilah manusia karena dianggap sebagai pembuat alat pertama, yang menunjukkan kemampuan kognitif dan kompleksitas sosial yang lumayan tinggi, terutama untuk makhluk setua mereka.
Salah satu fosil paling terkenal dari spesies ini adalah OH 7 (Olduvai Hominid 7), yang ditemukan di Lembah Olduvai, Tanzania, pada tahun 1960-an. Fosil ini milik individu muda dan mencakup bagian tengkorak, tangan, dan kaki. Saat ditemukan, identifikasinya sempat diperdebatkan, bahkan dikira milik spesies Australopithecus africanus. Namun akhirnya disepakati bahwa ini adalah spesies baru.
Tak jauh dari lokasi tersebut, dua fosil Homo habilis lainnya ditemukan, yakni OH 8 dan OH 35. Nasib keduanya ternyata jauh lebih kelam.

Sebuah laporan di Journal of Human Evolution yang terbit pada 2012 mengungkap bagian kaki OH 8 dan OH 35 menunjukkan bekas robekan yang diduga akibat serangan buaya berukuran sedang. Tidak berhenti di situ, OH 35 juga ditemukan memiliki bekas gigitan khas predator mirip macan tutul.
Ada pula dugaan bahwa OH 7 dan OH 8 mungkin berasal dari individu yang sama. Jika benar, maka anak Homo habilis ini jadi korban dari dua predator sekaligus, buaya dan macan tutul purba.
“Jika OH 8 dan OH 7 adalah individu yang sama, maka remaja ini telah disantap oleh buaya dan juga karnivora mirip macan tutul. OH 35 juga menunjukkan bukti jelas dikonsumsi oleh dua jenis predator,” papar para peneliti dalam studinya.
Kita memang tak akan pernah tahu pasti seperti apa tragedi ini terjadi hampir dua juta tahun lalu. Besar kemungkinan mereka tidak dimangsa secara bersamaan oleh duet maut buaya dan macan tutul. Bisa jadi, mereka tewas di waktu berbeda akibat serangan hewan, lalu jasad mereka diseret dan disantap oleh predator lainnya.
Namun, kisah ini menyadarkan kita akan satu hal, manusia purba hidup dalam ancaman konstan dari alam liar. Sama seperti kita, mereka pun berjuang menghadapi tantangan. Bedanya, mereka benar-benar bergantung pada insting dan keberuntungan karena alam tak pernah memberi jaminan selamat.