
MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) menilai keputusan Universitas Indonesia (UI) mengundang Peter Berkowitz sebagai pembicara utama dalam acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana 2025 mencederai rasa kemanusiaan. Selain itu, Peter juga diundang oleh PBNU sebagai pemateri dalam acara Akademi Kepemimpinan.
“Bagus UI sudah menyampaikan permintaan maaf atas ‘ketidaktelitian ini’. Akan tetapi, apa yang terjadi di UI ini sudah sangat mencederai rasa kemanusiaan dan kontra produktif bagi upaya membela perjuangan kemerdekaan Palestina,” kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim, dilansir dari keterangan resmi, Kamis (28/8).
Dia menegaskan, diundangnya pembicara pro Zionis ke kampus besar seperti UI menunjukkan melemahnya kepekaan di kalangan pimpinan perguruan tinggi.
“Diundangnya pembicara pro Zionis ke kampus besar UI menunjukkan menipisnya sensitivitas dan kritisisme yang menjangkiti unsur pimpinan perguruan tinggi terkait dengan penjajahan besar Israel yang didukung Amerika, serta genosida yang paling mengerikan,” ujarnya.
Lebih jauh, dia menilai ada kecenderungan pertimbangan pragmatis dalam pengambilan keputusan penting di kampus.
“Ini fenomena yang berbahaya. Seharusnya kampus tidak sekadar tempat transfer of knowledge, tapi harus menjadi tempat pendidikan karakter, memperkuat sensitivitas, dan peduli kemanusiaan,” tegasnya.
Selain itu, Prof Sudarnoto menilai peristiwa ini menjadi preseden buruk yang tidak boleh terulang kembali.
“Ini preseden buruk yang tidak boleh diulangi oleh UI dan semua perguruan tinggi di manapun, bahkan oleh lembaga apapun di Indonesia. Zionis Israel sudah lama menanti dan memanfaatkan peluang apapun untuk menyebarkan zionisme di Indonesia," ungkapnya.
Dia menegaskan agar kampus dan masyarakat Indonesia tidak mudah terkecoh dengan reputasi akademisi dunia yang ternyata pro Zionis.
"Jangan silau dengan kehebatan dan reputasi intelektual seseorang yang ternyata pro Zionis seperti yang diundang oleh UI, teguhkan Pancasila, bela Palestina, dan hapuskan penjajahan,” pungkasnya.
MUI menekankan, kampus sebagai pusat ilmu pengetahuan seharusnya menjadi garda terdepan dalam membela kemanusiaan dan tidak memberi ruang bagi ideologi yang justru mendukung penjajahan. (H-2)