
Pelaku industri baja konstruksi nasional menyuarakan kekhawatiran atas potensi lonjakan impor dari Vietnam dan China. Hal ini menyusul kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang menetapkan tarif impor produk AS sebesar 0 persen.
Ketua Umum Indonesia Society of Steel Construction (ISSC), Budi Harta Winata, menyebut sejauh ini produk baja konstruksi dari AS tidak secara langsung berdampak besar terhadap pasar baja di Indonesia.
Kendati begitu, perhatian utama justru tertuju pada Vietnam dan China yang selama ini menjadi pemasok utama baja impor ke Indonesia. Dengan diberlakukannya tarif tinggi oleh AS terhadap baja dari kedua negara tersebut, pelaku industri khawatir jika produsen Vietnam dan China akan mengalihkan ekspor mereka ke Indonesia. Padahal, bahkan sebelum tarif 0 persen itu diterapkan, produk baja konstruksi dari kedua negara tersebut sudah membanjiri pasar domestik.

“Nah itu yang menjadi kekhawatiran kami sebenarnya. Takutnya mereka nggak bisa kirim ke sana (AS), mereka membanjirnya di sini (Indonesia). Kita yang mati jadinya di sini,” ucap Budi dalam forum FGD ISSC di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (24/7).
Budi juga menyebut sebagian pelaku industri baja konstruksi dalam negeri memang sudah melakukan ekspor ke AS, terutama untuk produk raw material. “(Banyak yang ekspor) ke Amerika. Itu raw materialnya,” tambahnya.
Budi juga menilai perlu ketegasan pemerintah dalam menangani persoalan impor baja. Termasuk terhadap pabrik-pabrik di dalam negeri yang masih enggan menggunakan baja buatan lokal.
“Kita minta pemerintah stop impor baja. Pabrik-pabrik (dalam negeri) yang tidak menggunakan konstruksi baja dalam negeri ya jangan beri izin PBG (Persetujuan Bangunan Gedung) dan SLF (Sertifikat Laik Fungsi),” tutur Budi.
Sebelumnya, Trump menyatakan penurunan tarif dari 32 menjadi 19 persen harus dibayar mahal Indonesia karena Trump minta barang-barang AS yang masuk ke Indonesia bebas bea masuk alias tarif 0 persen. Menurutnya, kesepakatan ini menguntungkan dua negara.
“Kesepakatan bersejarah ini membuka seluruh pasar Indonesia bagi Amerika Serikat. Pertama kalinya dalam sejarah," kata Trump dalam cuitan di akun Truth Social pribadinya, dikutip Kamis (24/7).
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Indonesia juga telah berkomitmen untuk membeli USD 15 miliar dalam bentuk impor barang energi dari AS, USD 4,5 miliar dalam impor produk pertanian Amerika, dan pembelian 50 pesawat Boeing, banyak di antaranya tipe 777.