REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Harga gabah kering panen (GKP) di Kabupaten Indramayu saat ini melonjak di kisaran Rp 8.000 per kilogram. Meski jauh diatas harga pembelian pemerintah (HPP) yang hanya Rp 6.500 per kilogram, namun petani tak bisa menikmati sepenuhnya tingginya harga tersebut.
Kondisi itu disebabkan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang secara masif mengganggu tanaman padi. Petani pun harus merogoh kocek lebih dalam.
Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang menyebutkan, harga GKP pada pekan lalu masih di kisaran Rp 7 ribu hingga Rp 7.500 per kilogram. Namun saat ini, harga GKP sudah menembus Rp 8 ribu per kilogram.
Sedangkan harga gabah kering giling (GKG) sudah mencapai Rp 8.500 per kilogram. “Ya harga gabah naik terus,” ujar Sutatang, Kamis (7/8/2025).
Sutatang memperkirakan, tingginya harga gabah saat ini dikarenakan masih sedikitnya areal yang sudah panen. Ia menyebutkan, areal yang sudah panen di Kabupaten Indramayu baru ada di Kecamatan Gantar dan Haurgeulis seluas lebih kurang 7 ribu hektare.
Terbaru, areal yang mulai memasuki masa panen juga ada di Kecamatan Kroya dan Pasekan. “Itupun masih sedikit, baru mulai panennya. Untuk puncak panen raya di Kabupaten Indramayu diperkirakan Oktober atau November,” kata Sutatang.
Sutatang mengakui, di masa panen perdana ini, harga gabah memang tinggi. Namun, ia menilai petani tak bisa meraih keuntungan yang besar karena banyaknya serangan tikus selama masa tanam.
Ia menjelaskan, serangan tikus menyebabkan petani harus merogoh kocek lebih dalam untuk melakukan tambal sulam selama masa tanam. Tanaman padi yang dirusak oleh tikus di sebuah hamparan, dilakukan penanaman ulang sehingga menambah pengeluaran petani.
Selain itu, serangan tikus juga membuat produksi berkurang. Yakni, dari yang biasanya tujuh ton per hektare GKP, kini di kisaran 6 - 6,5 ton GKP. Tidak hanya tikus, petani pun diwarnai kekhawatiran tanaman padi yang kekeringan. Penyebabnya karena mundurnya musim panen akibat mundurnya musim tanam.
Biasanya panen gadu (kemarau) di Kabupaten Indramayu sudah selesai pada September. Namun sekarang mundur akibat adanya perbaikan saluran irigasi yang membuat aliran air tersendat masuk ke sawah. “Di musim gadu petani akan melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan tanaman padi dari kekeringan, termasuk penggunaan pompa air sehingga biaya produksi jadi meningkat,” kata Sutatang.
Hal itulah, kata dia, yang membuat petani tak bisa menikmati keuntungan yang besar meskipun harga gabah tinggi.