REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Gelombang kebangkitan pesantren kembali menguat. Pesantren tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga tampil sebagai poros peradaban dengan tata kelola modern dan peran strategis bangsa.
Hal ini ditegaskan melalui Risalah Cirebon, hasil Halaqah Nasional IV Pimpinan Pesantren dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persaudaraan dan Kemitraan Pondok Pesantren (PK-TREN) Indonesia yang berlangsung pada 25–27 Agustus 2025 di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia 2, Cirebon, Jawa Barat.
Acara yang mengusung tema “PK-TREN Indonesia sebagai Algoritma Peradaban Baru dalam Ekosistem Pesantren Indonesia” ini dihadiri sekitar 1.000 peserta dari berbagai daerah, meliputi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan, Sumatera, dan Lampung. Kehadiran ribuan delegasi tersebut menandai soliditas jaringan pesantren dalam merumuskan strategi kebangsaan ke depan.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (28/8/2025), Risalah Cirebon memuat lima poin utama. Pertama, penguatan komitmen ketuhanan (mitsāq rabbānī) dan kebangsaan (mitsāq waṭhanī) sebagai fondasi peradaban.
Kedua, penguatan semangat BBM (Bersatu, Bangkit, Mandiri) yang menegaskan peran pesantren tidak hanya di bidang pendidikan agama, tetapi juga dalam kemandirian sosial dan ekonomi.
Ketiga, pembentukan Lajnah al-Mutaba‘ah wa al-Taqyīm (Komisi Monitoring dan Evaluasi) sebagai langkah modernisasi tata kelola pesantren yang akuntabel dan transparan.
Keempat, penekanan pentingnya sinergi pesantren dengan pemerintah agar pembangunan tidak lagi berjalan top down, melainkan seiring dengan kebutuhan masyarakat.
Kelima, penguatan jejaring ilmiah dan ukhuwah keilmuan antar pesantren di seluruh Nusantara untuk melahirkan ulama dan cendekiawan muslim yang siap menghadapi tantangan zaman.
Inisiator sekaligus Ketua Komisi Rekomendasi Rakernas, Dr. KH. Idrianto Faishol, menegaskan bahwa risalah ini merupakan panduan kerja nyata. “Risalah Cirebon dibuat sebagai pijakan atau pedoman PK-TREN untuk melakukan kerja-kerja nyata dalam mengawal pesantren ke depan,” ujarnya.
Sementara itu, KH Ilyas Marwal, Ketua Umum PK-TREN Indonesia, menyebut risalah ini sebagai amanah besar. “Risalah Cirebon bukan hanya milik PK-TREN, tetapi milik seluruh pesantren Indonesia. Ia menjadi arah perjuangan kita agar pesantren semakin kuat, mandiri, dan berdaya saing dalam membangun bangsa,” katanya.
"Melalui Risalah Cirebon, PK-TREN Indonesia meneguhkan komitmennya memperkuat pesantren sebagai pusat pendidikan, poros peradaban, sekaligus mitra strategis negara dalam pembangunan nasional," tambahnya lagi.
Adapun Ketua Panitia Halaqah dan Rakernas, KH Husnul Amal Masud menjelaskan bahwa PK-TREN muncul untuk menyapa semua pesantren dengan kekayaan warna dan ciri khasnya masing-masing dalam semangat persatuan tanpa ada sekat afiliasi ormas dan golongan.
Dijelaskannya bahwa tema Halaqah dan Rakernas yang diangkat kali ini dirumuskan sebab munculnya kesadaran kolektif agar pesantren segera bertransfornasi, bersinergi dan mandiri untuk menjawab tantangan-tantangan nyata hingga pesantren, sebagaimana pesan Ketua Dewan Pertimbangan PK-TREN Ma'ruf Amin, dapat menjadi pembangkit (munhidh) arah baru peradaban Indonesia dan dunia.