DUTA Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun menghadiri upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan ke-80 RI di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Ahad, 17 Agustus 2025. Zuhari mengungkapkan meresa terhormat bisa hadir bersama Presiden Prabowo Subianto dan rakyat Indonesia di peringatan HUT ke-80 RI.
Ia pun berharap Indonesia selalu bersatu dan berkembang di kemerdekaannya yang ke-80. “Jadi saya sangat bahagia bisa bersama kalian pagi ini. Selamat atas kesempatan besar ini. Saya berharap Indonesia selalu kuat, bersatu, dan terus berkembang,” kata dia, Ahad.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Namun Zuhair enggan berkomentar soal rencana Prabowo mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia. Ia melambaikan telapak tangan menandakan enggan menjawab.
Pada 9 April, Prabowo mengumumkan rencana akan mengevakuasi seribu warga Gaza ke Indonesia. Pengumuman itu disampaikan Pabowo sebelum bertolak ke Timur Tengah untuk meminta persetujuan evakuasi.
Belakangan, pada awal Agustus, rencana tersebut kembali mencuat. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan pemerintah menyiapkan Pulau Galang di Provinsi Kepulauan Riau sebagai tempat perawatan pengungsi Gaza.
Hasan menegaskan evakuasi itu bukan relokasi, melainkan upaya pemerintah untuk memberikan bantuan pengobatan dan kemanusian. Ia mengatakan Pulau Galang dipilih karena terpisah dari permukiman warga.
“Karena di sana dulu pernah menjadi tempat pengungsian, tapi juga pernah untuk pusat penanganan Covid waktu itu di sana. Jadi, sebenarnya kalau dalam sisi keamanan dan kenyamanan warga itu bisa manageable, sangat manageable kalau di sana,” kata Hasan saat konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis, 7 Agustus 2025.
Namun Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengkritik rencana tersebut. Ia mengatakan rencana membawa keluar warga Gaza merupakan keinginan Amerika Serikat dan Israel sejak dulu.
Menurut dia, kendati pemerintah Indonesia menyebut warga Gaza yang telah diobati di Pulau Galang akan dikembalikan ke Palestina, tapi persoalannya tidak sesederhana itu. "Pertanyaannya, apakah Israel dan Amerika Serikat akan bersedia menerima kedatangan kembali warga Gaza?" kata Anwar dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, pada Senin, 11 Agustus 2025.
Ia berpendapat, cara Indonesia mengevakuasi warga Gaza berpotensi melahirkan masalah lain di kemudian hari. Misalnya, tidak ada jaminan warga Gaza yang telah diobati bersedia kembali ke Palestina akibat konflik di sana yang masih berkecamuk.
Dia menilai pemerintah Indonesia akan lebih baik memberikan pengobatan secara langsung di Gaza atau di wilayah perbatasan yang tak jauh dari Palestina. "Saya rasa, mereka juga akan setuju karena masih dirawat di samping saudara, keluarga, dan tanah airnya," kata Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah ini.