Surabaya memiliki kebun raya mangrove yang diklaim terbesar di Asia Tenggara. Terletak di kawasan timur kota Surabaya tercatat setidaknya ada 59 jenis mangrove, seperti bruguiera parviflora, bruguiera gymnorhiza, ceriops tagal, avicennia marina, heritiera littoralis, kandelia candel, dan lainnya di kebun raya itu.
Luasnya kebun raya mangrove Surabaya tentu saja memiliki potensi yang besar apabila dikelola dengan baik. Hal ini mendorong Wahana Visi Indonesia (WVI) melakukan aksi nyata pengelolaan buah mangrove. Dengan menggandeng Petra Christian University (PCU), WVI menggelar pelatihan kepada masyarakat setempat untuk mengolah buah mangrove menjadi ragam pangan, mulai dari minuman hingga tepung.
Ragam olahan panganan berbahan buah mangrove itu pun bisa dilihat dalam gelaran kompetisi “Mangrove to Table” yang digelar di Balai Kelurahan Wonorejo Rungkut, Sabtu (30/8).
"Acara ini merupakan bentuk kemitraan Wahana Visi Indonesia dengan PCU, yang didukung penuh oleh kelurahan. Melalui kegiatan ini warga terutama yang memiliki usaha UMKM bisa secara mandiri dan mampu menuangkan ide-ide kreatif dan inovatif mereka khususnya dalam pengelolaan buah mangrove," ujar Mangara Sitohang, Team Leader MARVEL SEA - Wahana Visi Indonesia saat ditemui Basra disela acara.
Mangara melanjutkan, kompetisi “Mangrove to Table” ini merupakan rangkaian kegiatan pelatihan inovasi produk yang digelar sebelumnya.
"Dan pada kompetisi ini mereka memperlombakan inovasi produk yang telah dipelajari sebelumnya," imbuhnya.
Kompetisi ini diikuti oleh 9 kelompok di mana tiap kelompok terdiri dari 3 orang. Mereka menampilkan berbagai produk makanan yang diolah dari buah mangrove.
Mangara menuturkan selain sebagai upaya untuk membantu meningkatkan perekonomian warga setempat, pengolahan buah mangrove juga sebagai upaya menjaga kelestarian kebun raya mangrove di kawasan tersebut.
"Program ini juga berfokus pada program perlindungan alam, restorasi mangrove. Kita mendorong masyarakat di sini untuk menghasilkan produk yang berbahan dasar mangrove," tukasnya.
Dalam kesempatan yang sama Dr. Pwee Leng, S.E., S.H., M.Kom., selaku koordinator pelaksana program, menuturkan kompetisi produk lokal inimerupakan bagian dari perjalanan inovasi ekonomi mandiri dalam menciptakan ekosistem UMKM yang mandiri, inovatif, berdaya saing, dan berkelanjutan.
"Kegiatan ini akan menjadi katalisator kebangkitan ekonomi lokal yang berbasis potensi masyarakat sekaligus memperkuat posisi Surabaya sebagai pusat pengembangan Sustainable Eco-Tourism (SET),” kata Wakil Dekan 1 di School of Business & Management (SBM) PCU ini.l
Ia merinci bahwa seluruh pendaftar juga merupakan peserta yang telah mengikuti Pelatihan Inovasi Produk pada periode sebelumnya.
“Produk yang dibuat harus mengandung minimal 30% hasil olah dari mangrove, baik itu tanaman, buah atau daunnya,” tambahnya.
Saat menampilkan hasil inovasi produknya, para peserta harus melakukan presentasi terlebih dahulu mengenai produk, inovasi, dan keunggulan produknya di hadapan enam juri, baik dari akademisi, praktisi bisnis hingga praktisi chef.
Para juri menilai berdasarkan aspek inovasi, kualitas produk, daya saing, branding, keberlanjutan, dan dampak sosial.
“Pemenang dipilih dengan tiga kategori, yaitu produk paling inovatif, produk paling ramah lingkungan, dan produk dengan branding terbaik,” tandasnya.