
PENELITIAN terbaru mengungkap gletser di Mars sebagian besar terdiri dari es murni. Penemuan ini menjadikannya potensi sumber daya berharga bagi penjelajah masa depan yang mendarat di Planet Merah tersebut.
Selama puluhan tahun, ilmuwan mengamati gletser yang tertutup debu di lereng pegunungan Mars. Penelitian sebelumnya memperkirakan gletser ini mengandung sedikit es, sekitar 30%, dengan mayoritas berupa batuan, atau justru gletser dengan kandungan es lebih dari 80% yang tertutup puing. Namun, hasil penelitian ini sulit dibandingkan karena metode yang digunakan berbeda-beda di setiap lokasi.
Untuk memahami komposisi gletser ini, para peneliti menggunakan instrumen radar dangkal (SHARAD) dari Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA. Mereka menganalisis lima lokasi di Mars dengan mengukur kecepatan gelombang radar yang bergerak melalui material dan tingkat disipasi energi radar. Hasilnya menunjukkan rasio es dan batuan dalam gletser tersebut.
"Kami menemukan konsistensi mengejutkan dalam kemurnian gletser ini," ujar Oded Aharonson, profesor ilmu planet di Weizmann Institute of Science, Israel.
"Semua lokasi yang kami teliti menunjukkan gletser dengan kandungan es sekitar 80% atau lebih, tertutup lapisan batuan atau debu. Ini bisa menjadi sumber daya penting bagi manusia di masa depan."
Menariknya, komposisi gletser ini seragam di belahan Mars yang berlawanan, menunjukkan kondisi lingkungan yang konsisten saat es terbentuk dan terpelihara. Aharonson menjelaskan, es kemungkinan terbentuk melalui presipitasi atmosfer, seperti salju yang membentuk gletser, atau kondensasi langsung di permukaan tanah melalui pertumbuhan embun beku. Namun, es ini tidak terbentuk melalui difusi uap air ke bawah permukaan, yang biasanya menghasilkan es dengan lebih banyak kotoran.
Ke depan, para peneliti berencana menganalisis lebih banyak gletser di Mars untuk memperkuat pemahaman tentang distribusi es di planet tersebut. Temuan ini membuka peluang besar bagi misi eksplorasi manusia di masa depan. (Space/Z-2)