
Anggota Komisi XIII DPR RI Ahmad Basarah mengingatkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkait radikalisasi yang menyasar anak muda lewat media sosial (Medsos). Menurutnya beberapa tahun yang lalu banyak anak muda yang menjadi pelaku terorisme.
Basarah menyinggung kasus bom JW Marriott 2003 dan aksi terorisme yang dilakukan Zakia Aini pada 2021. Dua aksi terorisme itu dilakukan oleh anak muda.
"Mereka cuci otak dan terakhir Zakia Aini ini bukan bagian dari organisasi teroris dia pelaku individual dari mana pikirannya jadi teroris," tutur Basarah dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XIII dengan BNPT di DPR, Kamis (17/7).
"Lalu setelah dibuka di laptopnya Zakia itu kan ditemukan pesan dari yang bersangkutan bahwa pertama dia tercuci otaknya ketika dia baca di internet," tambahnya.
Maka itu ia meminta DPR memberikan dukungan kepada BNPT untuk melakukan pencegahan radikalisasi di medsos. Sebab membuat orang menjadi teroris hanya utuh waktu sebentar sedangkan mengembalikannya membutuhkan waktu lama.
"Menyembuhkan teroris jadi warga negara yang normal kembali itu butuh waktu bertahun-tahun," ujarnya.
Terkait hal ini, Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono, membenarkan adanya radikalisasi yang dilakukan melalui internet. Ia mengatakan telah bekerja sama dengan lembaga lainnya untuk melakukan takedown sejumlah konten berbau terorisme.
"Kami mengajukan takedown ke Komdigi karena selama ini kami sudah sepakat bahwa Komdigi punya alatnya yang lakukan takedown, namun permasalahannya akunnya sudah di-takedonwn tapi muncul lagi," kata Eddy.

Dalam data yang dibagikan Eddy, sebanyak 8.298 konten terorisme telah di take down pada 2024. Sedangkan pada 2025, hingga Mei, terdapat 3.520 konten yang di-takedown. Konten itu berada dari beberapa media sosial seperti Telegram, X, Facebook dan Tiktok.
Selain melakukan takedown, Eddy juga bekerja sama dengan Kemenag, Kemendikdasmen dan Kemendikti Saintek untuk memberikan edukasi kepada anak muda terkait terorisme. BNPT juga memiliki program Sekolah Damai.
"Sekolah Damai itu kami bekerja sama dengan beberapa LSM dan ormas untuk sama-sama membentuk generasi muda kita terutama genZ ini yang jadi sasaran penyebaran terorisme ini yang kami coba libatkan dalam Sekolah Damai. Jadi genZ di setiap wilayah kami libatkan jadi duta damai nah ini yang coba kami kembangkan," pungkasnya.