REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Salah satu manajer investasi di Indonesia, STAR Asset Management (AM), akan merilis sebuah produk pada semester kedua ini yang menargetkan calon jamaah haji di Indonesia.
Direktur utama STAR AM, Hanif Mantiq, mengatakan, produk berjuluk 'STAR USD Sukuk Menuju Haji' tersebut merupakan salah satu produk reksa dana berbasis sukuk dalam denominasi dolar AS. Menurut Hanif, produk ini dirancang untuk dapat menjadi sarana bagi para calon jamaah haji mempersiapkan kebutuhan finansial pelaksanaan ibadah haji, khususnya biaya pelunasan haji.
Dengan denominasi Dollar AS, investor juga memperoleh diversifikasi mata uang untuk mengantisipasi fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Menurut dia, langkah ini sekaligus mendukung misi pemerintah dalam membentuk ekosistem keuangan haji yang berkelanjutan dengan tata kelola yang baik. “Kami ingin menjadi mitra finansial yang relevan dalam setiap tahap perjalanan hidup investor, termasuk dalam momen penting seperti ibadah haji,”ujar Hanif lewat keterangan tertulis, Kamis (14/8/2025).
Selama ini, Hanif mengatakan, STAR AM, melalui produk unggulannya, STAR Stable Income Fund, berhasil mencatatkan AUM sebesar Rp10 triliun pada paruh pertama tahun ini. Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya minat investor ritel terhadap instrumen investasi berprofil risiko rendah ke sedang, seiring volatilitas yang melanda pasar saham global pada kuartal pertama 2025. Di saat banyak investor menghindari gejolak harga, STAR Stable Income Fund menawarkan imbal hasil yang relatif stabil, sejalan dengan kebutuhan menjaga nilai portofolio.
Secara keseluruhan, STAR AM mengelola dana kelolaan senilai Rp23,9 triliun hingga akhir Juni 2025 yang naik signifikan dari Rp20,2 triliun di penghujung 2024. Kinerja tersebut turut mengangkat peringkat STAR AM di industri, dari posisi ke-17 pada 2024 menjadi peringkat ke-12 pada Juli 2025, berdasarkan pemeringkatan Infovesta. Perluasan akses ke investor juga menjadi salah satu kunci pertumbuhan, dengan jaringan distribusi yang kini mencapai 22 channel, meliputi platform fintech, perusahaan sekuritas, dan bank.
Menurut Hanif, hal tersebut terjadi di tengah industri reksa dana Indonesia menunjukkan geliat positif sepanjang semester pertama 2025. Data Bareksa mencatat, per April 2025, total dana kelolaan (AUM) industri reksa dana nasional kembali menembus Rp515,6 triliun, tumbuh 1,93 persen secara bulanan dan 6,14 persen dibandingkan tahun lalu. Lonjakan ini didukung oleh dominasi investor ritel yang kini mencapai 94,5 persen dari total 16,9 juta investor pasar modal di tanah air.