Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi mendatangi Universitas Islam Bandung (Unisba) di Jalan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Selasa (2/9).
Kampus Unisba ini berseberangan dengan kampus Universitas Pasundan (Unpas), hanya terpisahkan jalan yang tidak terlalu lebar.
Pada Selasa dini hari, kedua kampus ini dibuat heboh sebagaimana postingan di media sosial dengan narasi bahwa polisi dan TNI menyerang kampus, menembak gas air mata.
Dedi menemui pihak kampus, baik mahasiswa dan jajaran rektorat. Dia menilai bahwa kegiatan demo memang memiliki potensi masuknya berbagai kalangan kelompok yang tidak terkait dengan kampus dan tidak terkait dengan tuntutan.
"Sehingga sering terjadi chaos, walaupun teman-teman dari Presiden Mahasiswa Unisba ini jam 5 sudah pulang, sudah kembali ke kampus, tidak membuat keributan, tidak ada konflik sebenarnya, tapi tadi malam sesuai dengan penjelasan kedua belah pihak (mahasiswa dan rektorat) ada kegiatan (dari kelompok lain) di jalan raya," kata Dedi di Unisba, Selasa (2/9).
Dedi melanjutkan, "Pengadangan yang dilakukan oleh kelompok tertentu, kita tidak bisa menjelaskan mana, tetapi kemudian terjadilah konflik di jalan, dan konflik di jalan itu segala kemungkinan akan terjadi karena pada waktunya malam hari, kemudian kedua belah pihak sama-sama sudah lelah sampai malam."
"Sikap saya sebagai gubernur, saya melihat keinginan yang murni dari teman-teman mahasiswa untuk menyampaikan gagasan pikiran kajian akademisnya kepada pemerintah, baik gubernur maupun DPRD," ujar Dedi.
Maka itu, menurut Dedi, Pemprov Jabar bersedia untuk memfasilitasi, sehingga nanti pimpinan DPRD para Ketua Fraksinya akan hadir dan mahasiswa dapat menyampaikan pendapat dalam dialog. "Tidak lagi ada orang yang melempar bom molotov yang justru bertentangan dengan prinsip semangat dialog itu," ujar Dedi.
Perbedaan Keterangan Polda dan Mahasiswa
Dedi mengatakan bahwa penjelasan dari Kapolda Jabar Irjen Pol Rudi Setiawan adalah memang ada patroli gabungan TNI-Polri, dan ada orang yang melempar bom molotov ke patroli sehingga ada perlawanan dengan pembubaran.
Agar peristiwa serupa tidak terulang, Dedi menyarankan agar gerakan mahasiswa tidak dilakukan malam, tapi siang hari, dan kalau bisa sudah selesai pukul 18.00 WIB.
"Sehingga terbebas dari orang yang tiba-tiba pakai baju hitam kemudian mukanya ditutup, lempar yang seperti itu (molotov)," ujar pria yang akrab disapa KDM atau Kang Dedi Mulyadi itu.