Daya Saing RI Turun 13 Peringkat ke Posisi 40, Ini Penyebabnya

1 month ago 6
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Suasana Gedung bertingkat di kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (10/1/2025). Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTOSuasana Gedung bertingkat di kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (10/1/2025). Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO

Daya saing Indonesia turun tajam tahun ini. Berdasarkan laporan World Competitiveness Ranking (WCR) 2025 yang dirilis IMD World Competitiveness Center (WCC), peringkat daya saing Indonesia turun 13 peringkat ke posisi 40 dari total 69 negara.

Padahal, dalam tiga tahun terakhir, posisi Indonesia terus membaik dari peringkat 44 pada 2022, naik ke 34 di 2023, dan sempat mencapai posisi 27 pada 2024.

“Pasca pandemi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan performa daya saing terbaik dalam peringkat WCR yang naik 11 peringkat. Kenaikan peringkat daya saing ini didongkrak dari nilai ekspor migas dan komoditi. Namun, saat ini peringkat daya saing Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara anjlok imbas dari perang tarif yang ditujukan ke kawasan ini,” jelas Arturo Bris, Direktur WCC IMD dalam keterangan resminya, Jumat (20/6).

Indonesia bukan satu-satunya yang mengalami kemerosotan. Turki juga turun 13 peringkat akibat krisis ekonomi, terutama melemahnya mata uang. Penurunan Indonesia dan Turki menjadi yang terdalam dibanding negara lain di laporan WCR 2025.

Malaysia Meroket, RI Tertekan

Dari lima negara Asia Tenggara yang masuk dalam pemeringkatan WCR 2025, hanya dua yang mengalami kenaikan peringkat, yakni Malaysia dan Filipina. Malaysia mencatat lonjakan paling signifikan dengan naik 11 peringkat dan kini berada di posisi 23. Kenaikan ini dipicu oleh kebijakan industri dan investasi digital yang dinilai strategis dan konsisten.

Sementara itu, Filipina naik satu peringkat ke posisi 51. Meski kenaikannya tidak sebesar Malaysia, arah kebijakannya dinilai sejalan untuk mendorong daya saing jangka panjang.

Sebaliknya, Indonesia mengalami penurunan paling drastis. Tahun ini, Indonesia berada di posisi 40, turun 13 peringkat dari posisi 27 pada tahun sebelumnya. Penurunan ini menjadi salah satu yang terburuk dalam laporan WCR 2025.

Thailand juga mencatatkan penurunan daya saing dengan turun lima peringkat ke posisi 30. Sedangkan Singapura, yang selama ini konsisten di posisi teratas, turun satu peringkat dan kini menempati posisi ke-2 secara global.

Perubahan posisi negara-negara Asia Tenggara ini mencerminkan ketatnya persaingan regional dan pentingnya strategi kebijakan yang tepat untuk memperkuat daya saing di tengah tantangan global.

Laporan WCR 2025 menggunakan 262 indikator, terdiri dari 170 data keras dan 92 hasil survei terhadap lebih dari 6.000 eksekutif di 69 negara.

Dari survei itu, 66,1 persen eksekutif di Indonesia menilai bahwa kurangnya peluang ekonomi mendorong polarisasi sosial. Masalah-masalah seperti infrastruktur yang tertinggal, institusi yang lemah, dan kurangnya talenta SDM menjadi catatan serius.

Pembangunan juga dinilai tidak inklusif, menyebabkan ketimpangan struktural, pengangguran tinggi, dan pertumbuhan yang tidak merata. Keterbatasan lapangan kerja membuat masyarakat sulit meningkatkan taraf hidup.

Pandangan serupa juga ditemukan di negara-negara berkembang lain seperti Afrika Selatan (74,6 persen) dan China (68,1 persen). Sementara di negara-negara Nordik seperti Denmark (11,1 persen), Islandia (11,5 persen), dan Finlandia (14,5 persen), keluhan ini jauh lebih rendah karena sistem pasar kerja dan distribusi pendapatan yang lebih baik.

Sejumlah kendaraan melintas dengan latar belakang gedung bertingkat di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Darryl Ramadhan/kumparanSejumlah kendaraan melintas dengan latar belakang gedung bertingkat di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Darryl Ramadhan/kumparan

Menurut mitra riset IMD di Indonesia, yakni Lembaga Manajemen FEB UI, pemerintah perlu fokus pada pengembangan tenaga kerja produktif dan integrasi strategi ekonomi dari hulu ke hilir.

Secara detail, peringkat Indonesia di tiga dari empat pilar utama turun, yakni:

1. Efisiensi Pemerintah:

Turun drastis, terutama pada aspek kerangka kelembagaan yang anjlok dari peringkat 25 ke 51.

Masalah lain meliputi tingginya biaya regulasi, rendahnya kemudahan membuka usaha, cadangan devisa per kapita, serta kekuatan paspor Indonesia.

Poin positifnya: pengumpulan pajak penghasilan masih dinilai cukup baik.

2. Efisiensi Bisnis:

Turun dari peringkat 14 ke 26.

Tantangannya mencakup keterbatasan tenaga kerja asing, akses ke layanan finansial, serta rendahnya produktivitas tenaga kerja.

3. Infrastruktur:

Peringkat infrastruktur teknologi anjlok dari posisi 32 ke 46.

Penyebabnya antara lain:

  • Belanja kesehatan (peringkat 68 dari 69 negara)

  • Belanja pendidikan pemerintah (peringkat 66)

  • Jumlah paten aktif (peringkat 66)

  • Kecepatan internet rendah (hanya 28,9 Mbps, jauh di bawah rata-rata global 138 Mbps).

Sementara untuk performa ekonomi, Indonesia dinilai stagnan. Investasi internasional turun dari peringkat 36 ke 42, dan ekspor jasa komersial masih sangat rendah (peringkat 63). Namun demikian, pertumbuhan PDB per kapita dan riil masih menjadi kekuatan utama.

“Oleh karena itu, efisiensi pemerintah jangan menjadi cita-cita ideal semata, tetapi harus dipraktikkan agar bisa membangun ketahanan ekonomi dan daya tarik investasi di tahun-tahun mendatang,” ungkap Bris.

Read Entire Article