
PERINGATAN 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2025 adalah momen istimewa untuk merenungkan kembali perjalanan bangsa ini. Salah satu cara paling kuat untuk menghayati semangat perjuangan dan persatuan adalah melalui musik, terutama lagu-lagu nasional yang telah menemani setiap langkah sejarah kita.
Lagu-lagu ini bukan sekadar melodi, tapi juga cerminan dari jiwa dan harapan bangsa Indonesia. Berikut adalah lima lagu nasional ikonik yang wajib ada dalam daftar putar perayaan 17 Agustus mendatang.
1. Indonesia Raya
Sudah pasti, lagu kebangsaan kita ini adalah pilihan utama. Diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. Awalnya, lagu ini dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda karena dianggap membangkitkan semangat nasionalisme yang berbahaya. Namun, justru pelarangan itu yang membuatnya semakin populer dan menjadi simbol perlawanan.
2. Hari Merdeka
Lagu Hari Merdeka yang juga dikenal dengan judul 17 Agustus 1945 diciptakan oleh Husein Mutahar. Iramanya yang riang dan liriknya yang penuh semangat membuatnya selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap perayaan kemerdekaan. Lagu ini tidak hanya mengenang tanggal proklamasi, tetapi juga membangkitkan kebanggaan dan semangat patriotisme yang membara di dada setiap pendengarnya.
3. Satu Nusa Satu Bangsa
Diciptakan oleh Liberty Manik, lagu ini menjadi pengingat kuat akan Sumpah Pemuda. Satu Nusa Satu Bangsa adalah deklarasi persatuan yang melampaui perbedaan suku, agama, dan budaya. Di era modern yang penuh tantangan, pesan dari lagu ini terasa semakin relevan.
4. Garuda Pancasila
Lagu yang diciptakan oleh Sudharnoto ini adalah manifestasi musikal dari ideologi negara, Pancasila. Lagu ini sering dinyanyikan saat upacara bendera dan kegiatan kepramukaan, menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini.
5. Bangun Pemudi Pemuda
Lagu ciptaan Alfred Simanjuntak ini adalah seruan untuk generasi muda. Cikal-bakal lagu Bangun Pemudi Pemuda adalah mars Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang juga diciptakan oleh Alfred Simanjuntak.
Dengan demikian, nadanya telah tercipta sebelum liriknya. Alfred mengubah liriknya supaya semangat yang ia sampaikan tidak hanya dimiliki Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang hanya memiliki enam kelas, melainkan seluruh Indonesia.
Ia menempatkan pemudi di depan pemuda karena pada umumnya penyebutan wanita berada di depan, misalnya damen und herren di Jerman, dames en heren di Belanda, dan ladies and gentlemen di Inggris.
Karena lagu ini, polisi militer Jepang memasukkan Alfred ke dalam daftar hitam untuk dibunuh, tetapi hal tersebut baru diketahui Alfred setelah Indonesia merdeka.
Pada tahun 1998, Addie MS menggandeng Twilite Chorus dalam membawakan lagu Bangun Pemudi Pemuda di Studio Allan Eaton, Melbourne, Australia dengan iringan Victorian Philharmonic Orchestra. Rekaman tersebut kemudian ditambahkan dalam album Simfoni Negeriku. (H-3)