Cucu Nelson Mandela Ajak Diaspora Palestina Bersatu: Teruskan Perlawanan di Sosmed!

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Cucu Nelson Mandela, tokoh perjuangan apartheid Afrika Selatan, Mandla Mandela menggelar jumpa pers bersama sejumlah aktivis Global Sumud Flotila, Jumat (5/9/2025) waktu setempat, seperti dilaporkan jurnalis Republika di Tunisia, Bambang Noroyono dan Thoudy Badai. Mandla mengajak seluruh pihak, tidak hanya aktivis internasional, tetapi juga diaspora Palestina dan warga Palestina sendiri untuk berjuang, tabah, terus menggelorakan perlawanan.

"Misi kita yang pertama dan terpenting adalah mengajak warga Palestina, di Gaza, di wilayah yang dicaplok Israel, ayo bersatu! Ayo bekerjasama! Jangan patah semangat, kalian pasti merdeka!" kata Mandla di Tunis.

Ia optimistis, belajar dari perjuangan warga Afrika Selatan melawan apartheid kulit putih, Palestina akan merdeka. Mandla mengatakan, ada tujuh juta warga Palestina diaspora, tersebar di berbagai negara. Mereka ini, kata dia, harus menjadi pejuang di garis depan untuk perlawanan membebaskan saudara-saudara mereka di Gaza dan kota lainnya yang dikuasai Israel saat ini.

Mandla mengapresiasi perjuangan para diaspora Palestina itu. Mereka, kata dia, terus menerus membanjiri sosial media dengan cuplikan video, rekaman suara, foto, yang memperlihatkan kekejaman penjajah Israel ke seluruh dunia.

Mandla menekankan, perjuangan kali ini sejatinya tidak sekadar berangkat naik kapal ke Gaza. "Sebetulnya, berada di kapal ke Gaza itu tidak begitu penting." Ia tekankan, "Misi kita sederhana, menyalurkan bantuan ke Gaza, dan memastikan bantuan itu sampai ke warga Gaza," kata Mandla.

"Karena itu, kami meminta Anda semua untuk ayo gunakan telepon seluler Anda, sosial media, apapun juga, sampaikan pesan dan kampanye bantuan ini ke siapapun juga, keluarga Anda, komunitas, kota tempat tinggal Anda, negara Anda, ayo kita semua bergerak bantu Gaza!"

Mandla kemudian mengajak pihak-pihak yang pesimistis terhadap perjuangan Gaza. Ia meminta mereka ini melihat perjuangan warga Afrika Selatan. Ketika Presiden Ronald Reagan dan AS mendukung pemerintahan apartheid. Ketika Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher mendukung pemerintahan apartheid. Tapi dengan perjuangan tanpa henti, semua pihak Afrika Selatan, maka kemerdekaan warga Afrika bisa diraih.

"Orang-orang biasa dari Amerika, Inggris, Eropa, Amerika, semua mendukung kami ketika itu," kata Mandla.