KETUA Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menceritakan awal perkenalannya dengan Peter Berkowitz hingga mengundang akademikus itu ke Indonesia. Peter merupakan peneliti dari The Hoover Institutions University of Stanford yang kerap vokal mendukung gerakan Zionisme.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Yahya pertama kali bertemu dengan Peter pada 2020 di Amerika Serikat. Ketika itu, ia tengah mengisi acara yang digelar oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Dalam pertemuan itulah mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Kementerian Luar Negeri US Michael Richard Pompeo mengenalkan dia pada salah satu anak buahnya, yakni Peter.
Peter kala itu menjabat sebagai anggota Commission on Unalienable Rights di Kementerian Luar Negeri AS. Menurut Yahya, waktu itu keduanya langsung berbincang cukup akrab membahas soal pemikiran-pemikiran Peter tentang konsep hak asasi manusia. "Itu yang membuat saya tertarik," kata dia kepada Tempo di rumahnya, Jakarta Selatan, Selasa malam, 26 Agustus 2025.
Setahun setelah pertemuan tersebut, keduanya kembali bertemu saat sama-sama menjadi pembicara di Washington Institut pada 2021. Setelah itu, Yahya beberapa kali mencoba mengundang Peter ke Indonesia, namun Peter tidak bisa datang. Sebelum akhirnya pemikir itu bersedia menjadi pemateri di Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama yang digelar di Jakarta pada Jumat, 15 Agustus 2025 lalu.
Selama berkenalan hampir lima tahun tersebut, menurut Yahya, ia hanya fokus pada pemikiran-pemikiran modern Peter tentang hak asasi manusia. Ia tidak mengetahui jika Peter kerap menyuarakan faham-faham Zionisme. "Jadi saya mohon maaf sekali kepada masyarakat bahwa saya membuat keputusan tanpa pertimbangan yang teliti dan lengkap terkait Peter Berkowitz ini."
Yahya menolak relasinya dengan Peter dikaitkan dengan sikap NU kepada Israel. Ia juga menepis anggapan bahwa NU memiliki kedekatan khusus dengan orang-orang Zionis di negara tersebut. "Relasinya cukup wacana soal hak asasi manusia saja, saja. Saya tidak ngeuh tentang track record dia sebagai Zionis," tuturnya.
Terlepas dari itu, Yahya memastikan kehadiran Peter di tengah-tengah forum akademi kepemimpinan itu tidak sedikit pun menyinggung soal Israel. PBNU, kata dia, tidak mungkin secara sengaja berniat menyebarkan faham Zionisme kepada masyarakat.
Ia pun menegaskan sikap NU tidak akan pernah berubah yakni menolak segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh Israel serta mendukung keadilan untuk warga Palestina. "Itu prinsip kami."